KLATEN, KOMPAS.com — Tiga siswa tunanetra peserta ujian nasional di sekolah luar biasa (SLB) B Yayasan Asuhan Anak-anak Tunanetra (YAAT), Klaten, Jawa Tengah, terpaksa mengerjakan soal-soal UN yang sama persis dengan siswa normal karena pemerintah tidak menyediakan soal dengan huruf braille.
Pihak sekolah hanya membantu menyediakan guru pengawas tambahan yang bertugas membacakan soal dan menuliskan jawaban ke lembar komputer.
"Saya menyesalkan pihak dinas pendidikan yang tidak menyediakan soal braille untuk tahun ini. Tahun tahun sebelumnya, kami mendapat soal braille," kata Subagyo, Kepala Sekolah SLB YAAT.
Sementara itu, tidak hanya siswa yang kesulitan mengerjakan soal, guru pengawas tambahan pun kesulitan menerjemahkan soal-soal yang model gambar balok atau sejenisnya. Siswa pun berulang kali meminta pengawas untuk mengulangi membacakan soal.
"Ya, kalau rumus masih bisa saya hafal, tapi pas mau menghitung dan mengerjakan soal bergambar, sulit," kata Yuliani, salah satu siswa SLB.
Ketiadaan soal UN dengan huruf braille menjadi keputusan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan alasan daya serap serta kemampuan berpikir siswa berkebutuhan khusus di sekolah inklusi sama dengan siswa normal lainnya. Tetapi, kenyataan di lapangan menunjukkan, siswa tunanetra justru kesulitan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.