SEMARANG, KOMPAS -
AFSC yang diikuti 16 negara di Asia Pasifik merupakan ajang penelitian anak-anak muda yang dimotori Kyungnam University, Korea Selatan melalui program APEC Mentoring Center for the Gifted in Science (AMGS). Setiap delegasi negara mempresentasikan penelitian mereka sesuai dengan tema ”Science in Water” dalam kegiatan yang berlangsung 24-29 April 2012.
Sebanyak 16 negara mengikuti ajang tersebut. Mereka adalah Indonesia, Australia, Brunei, China, Hongkong, Jepang, Korea, Malaysia, Selandia Baru, Filipina, Singapura, Taiwan, Thailand, Amerika Serikat, Vietnam,
Juara pertama diraih oleh Kyu Jin Shim dari Korea dan juara tiga diraih Pondet Ananchai dari Thailand.
Dalam ajang itu, Agathon membuat pembangkit listrik sederhana dengan menggunakan tenaga air hujan. Air hujan ditampung kemudian dikucurkan untuk menggerakkan turbin, yang kemudian menghasilkan listrik. Bahan untuk membuat pembangkit listrik sederhana itu semuanya menggunakan barang bekas.
Agathon berharap Pemerintah Indonesia dapat mendukung penelitian yang dilakukan oleh anak muda. ”Selama ini banyak kakak kelas saya yang berprestasi langsung ditawari beasiswa 100 persen di luar negeri. Seharusnya dari perguruan tinggi di Indonesia juga begitu,” tuturnya.
Perwakilan AMGS Jawa Tengah, Nyoman Wahyuti, mengungkapkan, perolehan juara dua pada AFSC kali ini membuktikan bahwa anak Indonesia memiliki kemampuan yang dapat diperhitungkan dalam bidang sains dan teknologi.
”Selama ini banyak anak-anak yang berbakat di bidang sains, tetapi kurang diperhatikan. Padahal, mereka adalah aset masa depan bangsa,” katanya.
Chairman AMGS Sang Chun- lee mengatakan, pertemanan yang terbentuk dalam AFSC akan terus berlanjut. AMGS akan memfasilitasi para peneliti muda yang ingin terus berkembang dalam penelitian, ide, dan inovasi baru.
”Kami memiliki tenaga profesional yang dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan ke pusat AMGS di Korea. Anak-anak muda itu juga memiliki grup tersendiri untuk saling berkomunikasi,” kata Lee.
Ia mengatakan, perkembangan sains di masa depan sangat bergantung pada kemampuan berkomunikasi dan bekerja dalam tim. Sebuah teknologi tercipta karena peran dari banyak pihak. Akan sangat sulit mencari solusi jika dilakukan seorang diri.(UTI)