Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baru 15 Persen Politeknik Berkualitas Baik

Kompas.com - 30/04/2012, 04:53 WIB

Surabaya, Kompas - Untuk menciptakan tenaga kerja siap pakai dari jalur pendidikan vokasi, perlu politeknik berkualitas, baik dari sisi kurikulum, tenaga pengajar, maupun fasilitas pembelajarannya. Namun, jumlah politeknik, baik negeri maupun swasta, yang tidak memenuhi standar kualitas masih relatif banyak. Dari 32 politeknik negeri dan 150 politeknik swasta yang ada saat ini, hanya sekitar 15 persen yang masuk kategori politeknik berkualitas baik. Hal ini dikhawatirkan akan menghambat upaya pemerintah mendorong ketersediaan tenaga kerja siap pakai bagi pasar kerja atau industri.

Hal itu dikemukakan Ketua Forum Direktur Politeknik Negeri, yang juga Direktur Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS), Dadet Pramadihanto, Sabtu (28/4), di Kampus PENS, Surabaya. ”Jumlah politeknik sebenarnya sangat kurang karena kebutuhan tenaga kerja yang terampil semakin tinggi. Dari 32 politeknik negeri, hanya ada 50.000 mahasiswa,” ujarnya.

Biaya besar

Berbeda dengan pendidikan jalur akademik yang lebih menitikberatkan pada pengembangan ilmu pengetahuan, pendidikan jalur vokasi, seperti politeknik, membutuhkan biaya operasional besar karena lebih menitikberatkan praktik ilmu pengetahuan. Itu yang dinilai Dadet sebagai penyebab minimnya jumlah politeknik. Jika ada pihak swasta yang membuka program politeknik, kata Dadet, hal itu sudah luar biasa karena akan sangat berat pada masalah biaya.

Biaya menjadi mahal karena jumlah siswa dalam satu ruang kelas hanya sedikit sehingga unit cost per mahasiswa menjadi lebih tinggi. Khusus di PENS, biaya pendidikan per semester Rp 1.750.000. ”Uang itu hanya bisa menutupi 18 persen dari total kebutuhan biaya operasional pendidikan. Sisa kebutuhannya kami peroleh dari pemerintah dan kerja sama industri,” kata Dadet.

Hal senada dikemukakan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh seusai sosialisasi Undang-Undang Pendidikan Tinggi kepada dosen dan mahasiswa PENS. Untuk memenuhi kebutuhan anggaran yang tinggi di politeknik, pemerintah harus memberikan subsidi yang lebih tinggi kepada politeknik yang juga diharapkan akan bisa mengurangi beban masyarakat.

”Ruhnya politeknik itu keterampilan. Biaya di politeknik lebih mahal karena mahasiswa sedikit, sementara praktik banyak. Satu kelas paling banyak hanya 30 mahasiswa. Selain subsidi, politeknik juga harus mencari sumber pendanaan nonmahasiswa,” ujarnya.

Akademi komunitas

Untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja siap pakai, PENS memiliki 42 akademi komunitas binaan yang tersebar di beberapa wilayah di Jawa Timur. Melalui akademi komunitas ini, mahasiswa dididik dan dilatih selama satu tahun (D-1) dengan kurikulum yang disusun sesuai kebutuhan industri tertentu. Penyusunan kurikulum dan pelatihan untuk dosennya dilakukan oleh PENS. Sistem pengajarannya terkadang menggunakan telekonferensi dari PENS ke akademi komunitas tertentu. Jumlah akademi komunitas semakin banyak karena industri semakin banyak mencari lulusan dari akademi komunitas.

”Industri membutuhkan banyak teknisi yang bisa dipenuhi dari lulusan akademi komunitas. Kebutuhannya sangat tinggi, terutama di kabupaten/kota. Setiap kelas yang dibuka di daerah pasti banyak peminat,” kata Kepala Departemen Multimedia Kreatif PENS Achmad Basuki. (LUK)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com