Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

300 Sekolah Perguruan Tamansiswa Mati Suri

Kompas.com - 02/05/2012, 21:04 WIB
Lusiana Indriasari

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Tiga ratus sekolah milik Perguruan Tamansiswa mati suri, karena kekurangan dana. Perguruan yang dirintis Ki Hadjar Dewantara pada 3 Juli 1922 di Yogyakarta itu, tinggal 30 persen yang masih layak beroperasi.

"Perguruan Tamansiswa kesulitan menghidupi dirinya, karena kekurangan murid," kata Wakil Ketua Majelis Luhur Persatuan Tamansiswa, Sunarno Hadiwijoyo, di sela-sela acara Sarasehan Tamansiswa Sekolah Plus Kebangsaan, Kerakyatan, Pekerti Luhur Rabu (2/5/2012) di Balai Pertemuan Taman Siswa, Jakarta Pusat.

Sarasehan diadakan untuk memperingati Hari Pendidikan Nasional. Perguruan yang ketika pertama kali didirikan bernama "National Onderwijs Institut Tamansiswa"  itu, merupakan simbol kebangkitan bangsa Indonesia.

Perguruan didirikan Ki Hadjar Dewantara, dengan tujuan mendidik bangsa Indonesia. Ia meyakini,hanya dengan pendidikan bangsa ini bisa lepas dari penjajahan.

Sunarno mengatakan, beberapa sekolah milik Tamansiswa bahkan sudah benar-benar tutup, karena tidak ada murid, seperti Sekolah Dasar milik Perguruan Tamansiswa di Desa Leles, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Kondisi serupa dialami sekolah Perguruan Tamansiswa di Curup, Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu.

Selain kekurangan siswa, kondisi fasilitas gedung sekolah milik Tamansiswa juga belum bisa ditingkatkan kualitasnya. Sunarno mengatakan, di beberapa daerah sekolah Tamansiswa masih berdinding bambu dan berlantaikan tanah.

Perguruan Tamansiswa memiliki 130 cabang yang tersebar di berbagai daerah. Perguruan ini memiliki sekolah mulai dari tingkat TK, SD, SMP, SMA/SMK dan Perguruan Tinggi.

Dalam kurikulumnya, Perguruan Tamansiswa lebih menekankan pada aspek mendidik siswa agar memiliki budi pekerti luhur, menganut asas kerakyatan, dan menjunjung tinggi rasa kebangsaan.

Jumlah murid yang belajar di seluruh Perguruan Tamansiswa sampai saat ini sekitar 50.000 orang. Pada tahun 2001, jumlah siswa masih sekitar 85.000 orang.

Menurut Sunarno, Tamansiswa mulai ditinggalkan siswa ketika orangtua lebih melirik sekolah-sekolah yang mengedepankan kurikulum agama. Selain itu, keberadaan sekolah negeri yang gratis juga membuat orangtua tidak lagi berminat menyekolahkan anaknya di Tamansiswa.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com