Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

SMKN 2 Jepara, Mempertahankan Tradisi Ukir Kayu

Kompas.com - 07/05/2012, 14:30 WIB

LUKI AULIA

Joni Prasetyo, siswa kelas XII program keahlian kriya kayu di SMK Negeri 2 Jepara, Jawa Tengah, sedang menyelesaikan ukiran kayu relief relung. Relief motif flora satu per satu ditatahnya dengan palu kayu dan 30 alat tatah aneka ukuran miliknya.

Bahan kayu jati berukuran 109 cm x 68 cm itu bisa diselesaikannya dalam dua bulan dan dijual dengan harga Rp 2,5 juta-Rp 5 juta.

Tangan Joni terampil menggerakkan tiga jenis alat tatah secara bergantian membentuk daun-daun dalam relief yang termasuk motif ukir khas Jepara itu. Meski begitu kesalahan sesekali terjadi. Ujung daun atau bunga yang patah sudah biasa ia alami.

”Motif daun paling susah. Kalau ada yang patah, tinggal dilem. Tidak akan kelihatan kalau sudah di-finishing pakai melamin,” kata Joni.

Joni dan siswa kriya kayu lainnya sudah mulai belajar desain dan mengukir kayu sejak kelas X. Selain relief relung dan relief Ramayana (dijual dengan harga Rp 4,5 juta), berbagai produk kriya kayu telah dihasilkan, seperti papan nama, kaligrafi, asbak, nampan, dan mebel. Lama pengerjaan untuk satu produk kriya kayu bergantung pada ukuran bahan dan kerumitan motifnya. Kaligrafi, misalnya, hanya membutuhkan waktu kira-kira satu minggu. Adapun untuk satu set mebel yang terdiri dari satu meja dan empat kursi bisa selesai dalam satu semester.

Sebelum membuat sebuah produk, siswa dituntut bisa merancang desain hasil pengembangan dari motif desain standar yang telah diajarkan.

Motif dasar

Maskuri, guru kriya kayu SMKN 2 Jepara, menjelaskan, selain pengenalan peralatan dan bahan, perancangan desain juga ditekankan dengan memperkenalkan 10 motif ukir dasar khas Jepara dan tradisional klasik Jawa-Bali. ”Unsur desain ini dulu yang diperkuat pada siswa. Dengan bekal kemampuan desain, siswa akan lebih mudah mengembangkan desain suatu produk,” kata Maskuri.

Sejak kelas X itu pula, proses pembelajaran menekankan sisi kreativitas siswa. Selain teori- teori, siswa juga menjalani waktu praktik minimal 14 jam selama satu minggu di tiga bengkel kerja yang tersedia. Setelah mendapat teori, siswa harus langsung praktik membuat karya dengan pendampingan dari 13 guru. Jika karya itu dinilai bagus, siswa disarankan bisa langsung menjual karyanya sebagai bagian dari pendidikan kewirausahaan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com