Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BP3 Teliti Batu Penemuan di Boyolali

Kompas.com - 15/05/2012, 23:56 WIB

BOYOLALI, KOMPAS.com--Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jawa Tengah telah mengangkat batu besar yang diduga situs benda cagar budaya di Watutelenan, Pulisen, Kecamatan Boyolali Kota, untuk dilakukan penelitian.

"Penemuan batu besar diduga situs purbakala itu diangkat untuk dipindahkan ke Rumah Arca Taman Kridanggo Boyolali, untuk penelitian lebih lanjut," kata staf Bidang Perlindungan BP3 Jateng Harun Ar Rosyid di Boyolali, Selasa.

Menurut dia, pengangkatan batu penemuan tersebut dilakukan sebagai bentuk penyelamatan benda purbakala. Batu itu, akan diamankan ke rumah arca dan kemudian dilakukan penelitian.

Batu yang ditemukan tersebut diduga merupakan calon ambang pintu candi. Pihaknya juga akan melakukan penelitian batu yang ditemukan di sejumlah lokasi lainnya seperti di Kecamatan Selo lereng Merapi.

Menurut dia, proses pengangkatan batu cukup sulit, meski pihaknya telah mendatangkan alat derek berbentuk tripod.

Namun, batu yang diduga memiliki nilai sejarah tersebut tidak dapat bergeser dari tempatnya. "Alat derek untuk mengangkat batu itu, justru rantainya macet saat ditarik," katanya.

Menurut dia, batu tersebut diperkirakan memiliki berat lebih dari kapasitas derek yang maksimal yakni beban seberat tiga ton, sehingga tidak mampu memindahkan dari tempatnya. "Kami tetap berusaha agar batu segera terangkat dan dipindahkan ke rumah arca untuk diteliti," katanya.

Ia menjelaskan, soal kompensasi pemilik lahan ditemukannya batu tersebut, pihaknya belum dapat memastikan. Karena, hal itu, masih perlu dibahas dalam rapat internal BP3 Jateng.

Menurut Suratno (55) pemilik lahan ditemukan batu bersejarah itu, bahwa pihaknya berharap kompensasi terkait dipindahkan benda diduga masuk cagar budaya.

Karena, kata dia, dipindahkan batu tersebut menyebabkan tanamannya di sekitar lokasi ditemukan benda cagar budaya itu, turut rusak. Pohon pepaya dan rumput gajah untuk pakan ternak banyak yang mati akibat terinjak-injak oleh pengunjung. "Saya tidak dapat mengolah lahan lagi, setelah ada penemuan batu itu," katanya. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com