PITTSBURGH, KOMPAS.com — Seorang siswa Indonesia, Muhammad Lutfi Nurfakhri, meraih prestasi dalam kompetisi sains internasional di Pittsburgh, Pennsylvania, Amerika Serikat, Jumat (18/5/2012).
Lutfi yang berasal dari SMN 1 Bogor, Jawa Barat, itu meraih juara ketiga untuk penghargaan jenis Grand Awards di bidang engineering electrical and mechanical atas proyeknya tentang sensor optik pengukuran efisiensi pemakaian pupuk nitrogen pada tanaman padi. Atas pencapaiannya itu, Lutfi berhak atas hadiah uang tunai sebesar seribu dollar AS. "Saya enggak menyangka bisa menang. Juga tidak menyangka bisa ikut kompetisi ini. Akan tetapi, saya tentu saja senang banget," kata Lutfi dengan mata berbinar-binar seusai menerima medali di kejuaraannya di David L Lawrence Convention Ceter, Pittsburgh, kepada Kompas.com. Ia berniat melanjutkan kuliahnya ke bidang elektro dan terus mengembangakan produk rancangannya itu.
Kompetisi tersebut, yaitu International Science and Engineering Fair (ISEF) yang di sponsori Intel atau dikenal dengan nama Intel ISEF, berlangsung dari 14 Mei 2012. Kompetisi tersebut berlangsung setiap tahun dan kali ini merupakan yang ke-63. Pada kompetisi kali ini tercatat 1.545 finalis dari 68 negara yang ikut serta. Mereka adalah para juara dari berbagai kompetisi lokal di beberapa negara dan kawasan. Dari Indonesia, selain Lutfi, ada lima siswa lain yang tampil dalam dua tim pada kompetisi itu. Mereka merupakan juara Lomba Karyara Ilmiah Remaja (LKIR) yang diselenggarakan LIPI tahun 2012.
Ada 17 bidang yang dikompetisikan, antara lain biokimia, kimia, ilmu komputer, matematika, rekayasa elektrikal dan mekanikal, manajemen lingkungan, ilmu lingkungan, mikrobiologi, energi, dan transportasi. Yang terbaik pada 17 bidang itu berhak atas hadiah uang tunai sebesar 5.000 dollar AS. Sementara itu yang terbaik dari 17 terbaik pada 17 bidang itu berhak atas hadiah uang tunai senilai 75.000 dollar AS. Terbaik kedua dan ketiga mendapat masing-masing 50.000 dollar AS. Selain jenis penghargaan Grand Awards, kompetisi ini juga memberikan sekitar 600 Special Awards untuk para peserta yang nilainya bervariasi, dari 500 dollar hingga 10.000 dollar.
Lutfi menempati posisi ketiga untuk kategori rekaya elektrikal dan mekanikal bersama 10 peserta lainnya dari beberapa negara. Sensor optik rancangan Lutfi menjanjikan akurasi pengukuran yang tinggi, dan kalau diproduksi secara massal harganya akan lebih murah daripada barang sejenis yang kini beredar di pasar. Menurut Lutfi, alat ukur buatan Filipina yang banyak beredar umumnya akurasinya buruk karena sangat bergantung pada cahaya matahari. Ada alat lain yang lebih akurat, buatan Amerika, tetapi harganya sangat mahal, sekitar 1.500 dollar atau sekitar Rp 13.500.000.
Alat rancangan Lutfi bisa lebih akurat karena menggunakan dua sensor optik cahaya sehingga ketika ada fluktuasi cahaya dari luar, alat itu tidak terpengaruh. Harganya bisa lebih murah, sekitar Rp 800.000 jika diproduksi secara massal karena alat tersebut menggunakan sensor, bahan konstruksinya dari viber, dan pemogramannya gratis.
Juara utama
Peraih penghargaan tertinggi dalam kompetisi ini adalah seorang siswa dari Cronwsville, Maryland, AS, bernama Jack Andraka (15 tahun). Ia mengembangkan metode baru pendeteksian kanker pankreas. Berbasiskan kertas tes diabetes, Jack menciptakan sebuah sensor ukur sederhana guna menguji darah atau urine untuk menentukan apakah seorang pasien menderita kanker pankreas tahap awal atau tidak. Hasil studinya menunjukkan akurasi lebih dari 90 persen dan bahwa sensornya 28 kali lebih cepat, 28 kali lebih murah, dan 100 kali lebih sensitif dari tes-tes yang sekarang ada.
Dua siswa lain yang menjadi terbaik kedua dan ketiga adalah Nicholas Schiefer dari Pickering, Kanada, dan Ari Dyckovsky dari Leesburg, Virgia, AS. Nicholas melakukan riset untuk apa yang ia sebut microsearch atau kemampuan mencari media informasi yang paling cepat berkembang, konten-konten berjumlah kecil, seperti tweet dan perubahan status Facebook. Melalui risetnya ini, Nicholas berharap dapat memperbaiki kemampuan mesin pencari, yang pada giliranya memperbaiki akses informasi.
Sementara itu Ari menyelidiki teleportasi quantum. Ia menemukan, sekali atom-atom dihubungkan melalui sebuah proses yang disebut 'belitan', informasi dari satu atom akan tampil dalam atom-atom lain ketika atom yang pertama dirusak. Dengan metode ini, sejumlah organisasi yang menuntut pengamanan data sangat ketat dapat mengirim sebuah pesan sandi tanpa harus menghadapi risiko pembajakan atau pencegatan karena informasi itu tidak berpindah ke lokasi baru.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.