Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pelaku Pemalsuan Nilai dan Ijazah Beraksi Sejak 2006

Kompas.com - 28/05/2012, 19:32 WIB
Puji Utami

Penulis

SEMARANG, KOMPAS.com - Salah satu pelaku pemalsuan nilai dan ijazah untuk masuk di Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) Semarang, Dwi Hartono alias Ferry yang kini menjadi tersangka mengaku sudah menjalankan aksinya sejak 2006.

Ia juga hanya mengaku sebagai perantara jika ada calon mahasiswa yang ingin masuk di FK Unissula namun nilainya tidak memenuhi standar.

Kepada polisi, ia mengaku mendapatkan imbalan sebesar Rp 5 juta hingga Rp 10 juta untuk setiap mahasiswa yang ia masukkan.

Modus yang digunakan yakni ia menggunakan selebaran atas nama sebuah bimbingan belajar dari Yogyakarta dan Semarang dengan memberikan jaminan jika tidak masuk ke fakultas yang dituju, uang akan dikembalikan.

"Itu ada tim marketingnya. Kalau saya hanya untuk Unissula kalau universitas lain tidak tahu, dan saya hanya perantara yang lain-lain ada teman yang mengurus," ungkapnya saat gelar perkara di Mapolrestabes Kota Semarang, Senin (28/5/2012).

Pada selebaran yang juga menjadi barang bukti disebutkan tarif bea masuk ke sejumlah universitas ternama baik swasta ataupun negeri di Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Barat, Jawa Timur bahkan Jakarta dengan berbagai jurusan.

Tarif termahal antara lain dipatok lebih dari Rp 500 juta untuk masuk ke FK salah satu universitas ternama di Jakarta. Sedangkan lainnya berkisar Rp 50 juta hingga lebih dari Rp 100 juta.

Pada selebaran itu juga diberitahukan jika peminat bukan jurusan IPA namun ingin masuk ke FK maka akan dikenakan biaya tambahan sekitar Rp 50 juta. Biaya tersebut sudah termasuk uang gedung di perguruan tinggi yang diinginkan.

Sejumlah barang bukti yang berhasil diamankan yakni stempel sejumlah sekolah SMA, lembar brosur bimbingan belajar serta dua buah handphone berbentuk jam tangan yang digunakan saat tes masuk di perguruan tinggi.

Terkait berapa jumlah mahasiswa yang masuk lewat dirinya, ia mengaku lupa karena tidak menghitung. Ia juga mengatakan tidak semua calon mahasiswa masuk ke fakultas yang diinginkan.

Kasat Reskrim Polrestabes Semarang, AKBP Agustinus Berlianto Pangaribuan mengatakan ada dugaan pelaku adalah sebuah jaringan. Meski begitu keterangan tersangka selama pemeriksaan selalu berubah-ubah.

"Waktu awal diperiksa ia mengaku sudah meloloskan 20 orang, sekarang berubah lagi jadi empat orang. Kalau berdasar fakta dan bukti sementara baru empat orang dan ijazah yang dipalsukan memang berkualitas bagus dan susah dibedakan, kasus ini akan terus dikembangkan," tandasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com