Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lulusan Pendidikan Tinggi Industri Terserap Habis

Kompas.com - 05/06/2012, 05:27 WIB
Indra Akuntono

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Daya serap lulusan perguruan tinggi dari lingkup Kementerian Perindustrian (Kemenperin) sangat tinggi. Hal itu dikatakan Sekretaris Jenderal Kemenperin, Ansari Bukhari, Senin (4/6/2012), di Gedung Kemenperin, Jakarta.

Ansari mengatakan, seluruh lulusan perguruan tinggi di lingkup Kemenperin terserap habis di dunia kerja dengan masa tunggu hanya 3 sampai 6 bulan. Menurutnya, hal itu terjadi lantaran permintaan perusahaan lebih tinggi jika dibandingkan dengan lulusan di masing-masing unit pendidikan di lingkungan Kemenperin.

Sebagai ilustrasi, kata dia, Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil (STTT) meluluskan sekitar 300 orang. Padahal, berdasarkan perhitungan dari Asosiasi Pertekstilan Indonesia (APT), kebutuhan tenaga kerja ahli di bidang tekstil sekitar 500 orang di setiap tahunnya.

"Untuk menutupi kekurangan itu, banyak perusahaan tekstil yang akhirnya mengambil tenaga kerja dari luar negeri, seperti China dan India. Dan fenomena serupa juga terjadi di sektor lainnya," kata Ansari.

Unit pendidikan di lingkungan Kemenperin telah berdiri sejak 1950-an dan berkontribusi langsung dengan pembangunan industri nasional.

Sampai saat ini, Kemenperin memiliki dua sekolah tinggi dan enam akademi, yakni Pendidikan Teknologi Kimia Industri (PTKI) di Medan, Akademi Teknologi Industri (ATI) di Padang, Akademi Pimpinan Perusahaan (APP) Jakarta, Sekolah Tinggi Manajemen Industri (STMI) Jakarta, Akademi Kimia Analisis (AKA) Bogor, Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil (STTT) Bandung, Akademi Teknologi Kulit (ATK) Yogyakarta, dan Akademi Teknik Industri (ATI) Makassar.

Dalam rangka meningkatkan mutunya, Kemenperin baru saja melakukan kerja sama dengan Direktorat Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud). Kerja sama itu meliputi pembinaan akademis, pengembangan program studi, dan pembinaan dosen.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com