Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jatah Siswa Miskin di RSBI Tak Pernah Terpenuhi

Kompas.com - 07/06/2012, 09:16 WIB
Indra Akuntono

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Kuota siswa miskin di sekolah berlabel Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) setiap tahunnya tidak pernah terpenuhi. Hal itu dikatakan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kabalitbang Kemdikbud) Chairil Anwar Notodiputro di Jakarta, Kamis (7/6/2012).

Diungkapkannya, sejak tahun lalu Balitbang Kemdikbud telah mengevaluasi 1.300-an sekolah RSBI di jenjang SD sampai SMA. Dari evaluasi tersebut diketahui, jatah siswa miskin di sekolah RSBI menjadi sulit dipenuhi lantaran dua hal.

Pertama, perasaan takut dan minder para siswa yang akan mendaftar. Kedua, fenomena sulitnya mencari siswa miskin dengan kemampuan akademik yang memuaskan.

"Setiap tahun selalu tidak terpenuhi. Dugaan saya seperti itu, para siswa seperti takut duluan atau memang sulit mencari siswa miskin berprestasi, khususnya sekolah RSBI di daerah," kata Chairil.

Pada akhirnya, kata Chairil, jatah kursi untuk siswa miskin diisi oleh siswa dari keluarga mampu. Sekolah terpaksa melakukan itu karena harus menjaga standar minimal atau jumlah peserta didik di setiap kelasnya.

Menurutnya, sekolah bisa saja "memaksakan" memenuhi jatah minimal 20 persen untuk siswa miskin dengan cara menjemput bola. Atau lebih jauh, bisa juga langsung menerima siswa miskin tanpa seleksi ketat agar bisa bersekolah di sekolah RSBI.

Namun, menurutnya, cara tersebut tak akan efektif karena khawatir dengan dampak psikososial yang timbul setelahnya. "Masalahnya, siswa miskin yang daftar ke RSBI itu memang tidak banyak. Akhirnya sekolah menggunakan jatah siswa miskin untuk siswa mampu (secara ekonomi) demi menghindari inefisiensi," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com