Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Demi Impian, sebagai "Cleaning Service" Pun Jadilah....

Kompas.com - 12/07/2012, 19:19 WIB
Alfiyyatur Rohmah

Penulis

KOMPAS.com - Tinggal dan sekolah di luar negeri harus pandai-pandai mengelola keuangan. Tidak jarang, mahasiswa yang merantau untuk menuntut ilmu menyisihkan sedikit waktunya untuk bekerja paruh waktu.

Nurrotul Husna, mahasiswa semester tujuh di Ritsumeikan Asia Pasific University (APU) Jepang memilih bekerja paruh waktu untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Lahir dari keluarga yang berkecukupan, Husna mengaku, bekerja paruh waktu sambil kuliah untuk mematangkan diri dan bisa hidup mandiri.

"Alhamdulillah, saya sempat diterima kerja paruh waktu di sebuah hotel sebagai cleaning service. Meskipun hanya bed-making dan membersihkan kamar, uang yang saya terima sangat cukup untuk biaya makan sehari-hari," kata Husna ketika dihubungi Kompas.com, Senin (9/7/2012) lalu.

Husnul mengungkapkan, selain memenuhi kebutuhan sehari-hari, ia juga membutuhkan uang tambahan untuk sewa tempat tinggal dan biaya kuliah. Sejak datang ke APU, Husna mendapat potongan uang kuliah sebesar 65% dari kampus sehingga tetap harus mencari tambahan untuk menutup pengeluaran tersebut.

Sejak semester dua, Husna mencoba mendaftar beberapa beasiswa, hingga mendapatkan beasiswa tambahan dari JASSO sebesar 48.000 yen per bulan. Dengan kerja paruh waktu dan beasiswa tersebut, Husna mampu membiayai kehidupan di Jepang.

Menginjak semester kelima, Husna ingin lebih menantang diri untuk mendapatkan beasiswa yang lebih besar. Ia mengungkapkan, untuk mendapatkan beasiswa yang besar tersebut, tidak semudah beasiswa JASSO.

Setelah mencoba kurang lebih 6 sampai 7 beasiswa dengan jumlah besar, pada akhir Maret 2011 lalu dirinya berhasil mendapatkan beasiswa ITOCHU sebesar 125.000 yen per bulan hingga lulus kuliah. Tak hanya itu, pada Maret 2012 lalu, Husna juga mendapatkan APU Incentive Scholarship Awards sebesar 50.000 yen karena aktif di kegiatan non-akademis dan tetap mempertahankan nilai akademis.

Kesulitan

Sebelum kuliah di Jepang, Husna mengaku mengenyam pendidikan di Institute Teknologi Bandung (ITB) di Fakultas Pertambangan dan Perminyakan selama satu semester. Namun, karena impiannya begitu kuat untuk sekolah keluar negeri, ia memutuskan untuk pindah ke Ritsumeikan APU.

Menurut Husna, kesulitan paling ia rasakan adalah masalah ibadah dan makanan. Karena sebagian besar warga Jepang tidak memiliki agama, lanjut Husna, awalnya ia mengaku agak sulit menjelaskan kepada mereka perihal shalat, puasa, dan sebagainya. Selain itu, banyak makanan yang mengandung babi. Sebagai muslim, dirinya harus teliti dalam memilih makanan.

Menurut Husna, Indonesia cukup dikenal oleh warga Beppu. Hal ini terjadi karena ada kelas Bahasa Indonesia dan Indonesian Week yang digelar setiap tahun sebagai wadah memperkenalkan seni dan budaya Indonesia kepada mahasiswa internasional dan masyarakat Jepang di Beppu, Oita, Jepang.

"Indonesian Week sendiri menorehkan kenangan dan pengalaman yang seru, menegangkan, dan unik. Selain belajar berorganisasi, saya belajar bekerja sama dengan mahasiswa dari negara yang berbeda-beda," ungkap Husna.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com