Lika-liku Sekolah Darurat Kartini

Kompas.com - 20/07/2012, 10:32 WIB
Alfiyyatur Rohmah

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Jakarta memang Ibu Kota. Tetapi, penampakan dan nasib warganya tak semegah status yang disandang kota ini. Tak jauh dari pusat pemerintahan, berdiri sebuah sekolah darurat yang didirikan dua orang saudara kembar, Sri Rossyati (63) dan Sri Irianingsih (63), atau dikenal dengan Rian-Rossy. Tahun 1990, sekolah yang diberi nama Sekolah Darurat Kartini ini berdiri, atas dasar keprihatinan terhadap nasib pendidikan anak-anak pinggiran.

Rian-Rossy pun awalnya merogoh kocek sendiri untuk membiayai kegiatan belajar mengajar yang berlangsung. Mulai dari memberikan makan, baju seragam siswa, peralatan sekolah, hingga membekali dengan teknik keterampilan.

Namanya sekolah darurat, tempat belajarnya pun tak permanen. Siswa yang sekolah ini adalah anak-anak dari kelompok marjinal yang tidak diterima mengenyam pendidikan di sekolah reguler. Setelah beberapa kali pindah "sana-sini", kini Sekolah Kartini kembali terancam mengalami penggusuran. Saat ini, Sekolah Kartini berlokasi di kawasan Lodan Raya, menggunakan lahan milik PT Kereta Api Indonesia. Batas waktu yang diberikan hingga 10 September mendatang. Setelahnya, kemungkinan akan kembali ke kolong jembatan tol Lodan Mas.

Sebelum di Lodan Mas, sekolah ini sempat digelar di kawasan Kebun Sayur, Kebon Walang, dan daerah pinggir rel.

Bangunan yang kini "dihuni" Sekolah Kartini adalah bekas gudang. Tanpa sekat, di ruangan ini berlangsung proses belajar mengajar para siswa dari PAUD, TK, SD, hingga SMP.

"Kami kasihan melihat anak-anak jalanan yang enggak bisa sekolah. Untuk membangun negeri ini cuma memiliki satu cara, perbaiki pendidikan. Dan anak jalanan ini juga berhak memiliki pendidikan," ujar Rossy, di Jakarta, Kamis (19/7/2012).

Rian dan Rossy membiayai kebutuhan anak didik dari usahanya sendiri. Terkadang, sumbangan datang dari masyarakat yang peduli terhadap sekolah darurat yang sifatnya tidak kontinu.

"Untuk membiayai kehidupan mereka, kami punya sawah loh di daerah Puncak. Dari hasil panen itulah kami bisa memberi makan anak-anak ini," ungkap Rian.

Metode belajar Sekolah Darurat Kartini

Sekolah kartini memiliki metode tersendiri dalam mendidik kelompok marginal di wilayah Ancol tersebut. Dengan keterbatasan ruangan, maka kedua saudara ini menyiasati dengan metode pelajaran darurat. Untuk tingkat PAUD dan TK ditangani oleh dua orang guru bantu, SD kelas 1 diajarkan membaca, kelas 2 berhitung penjumlahan, dan kelas 3 perkalian. Adapun, untuk kelas 4-6  belajarnya disatukan mata pelajarannya.

"Ya kita satukan saja. Kan pelajarannya itu-itu aja, cuma di setiap kelas lebih mendalam pembahasannya," jelas Rossy.

Untuk tingkat SMP dan SMA, mereka juga menerapkan pola yang sama dengan siswa SD kelas 4-6. "Masa iya belajar tiga tahun enggak lulus ujian, kalau belajar sih pasti lulus," ujar Rossy.

Pola pengajarannya, lanjut Rossy, juga tak bisa disamakan dengan mendidik siswa pada sekolah reguler. Anak-anak jalanan yang bersekolah di sini membutuhkan perlakuan khusus untuk mengubah prilakunya dengan ketegasan dan kasih sayang. Pembentukan karakter menjadi pilar utama dalam mendidik mereka.

Bekal terjun ke masyarakat

Di Sekolah Kartini, para siswa tak hanya dibekali pelajaran secara formal. Rian dan Rossy juga membekali anak didiknya dengan tata cara bergaul. Menurut mereka, hal ini penting. Tak tanggung-tanggung, anak didik dibekali dengan table manner seperti cara memegang gelas, piring, melipat baju, berbicara, duduk, dan berinteraksi dalam bentuk apa pun di tengah masyarakat.

Selain itu, ibu kembar juga menguji kejujuran dari siswa didik dengan tinggal bersama mereka sebelum siap bekerja. Para lulusan Sekolah Kartini tercatat ada yang berkecimpung di bidang pelayaran, kepolisian, mau pun bidang pekerjaan lainnya.

"Siswa Sekolah Darurat Kartini yang sampai ke perguruan tinggi sekitar 25 persen, 70 persen bekerja, dan 5 persen kembali ke terminal," tambah Rossy. 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Banyak Kecurangan UTBK SNBT 2025, Orientasi Pendidikan Perlu Ditata Ulang

Banyak Kecurangan UTBK SNBT 2025, Orientasi Pendidikan Perlu Ditata Ulang

Edu
Kurikulum dan Magang Jadi Kunci Mahasiswa Arsitektur PresUniv Cepat Terserap Pasar Kerja

Kurikulum dan Magang Jadi Kunci Mahasiswa Arsitektur PresUniv Cepat Terserap Pasar Kerja

Edu
Prof. Adnan Hamid Dilantik jadi Pejabat Sementara Rektor UP

Prof. Adnan Hamid Dilantik jadi Pejabat Sementara Rektor UP

Edu
Besok Presiden Prabowo Akan Umumkan Kebijakan Pendidikan

Besok Presiden Prabowo Akan Umumkan Kebijakan Pendidikan

Edu
Kapan Pendaftaran SPMB 2025 Dimulai? Cek Jadwal Lengkapnya

Kapan Pendaftaran SPMB 2025 Dimulai? Cek Jadwal Lengkapnya

Edu
Mengapa Tanggal 2 Mei Diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional?

Mengapa Tanggal 2 Mei Diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional?

Edu
Guru Besar UI Ungkap Tantangan Krusial dan Solusi Pembangunan Ekonomi Biru Indonesia

Guru Besar UI Ungkap Tantangan Krusial dan Solusi Pembangunan Ekonomi Biru Indonesia

Edu
Prabowo Akan Umumkan Besaran Bantuan Guru Honorer saat Hardiknas 2025

Prabowo Akan Umumkan Besaran Bantuan Guru Honorer saat Hardiknas 2025

Edu
PPM Manajemen Dukung 'The Asian Banker Summit 2025' untuk Percepatan Transformasi AI Sektor Keuangan

PPM Manajemen Dukung "The Asian Banker Summit 2025" untuk Percepatan Transformasi AI Sektor Keuangan

Edu
Beasiswa Adaro Foundation 2025 Masih Buka, Raih Rp 850.000 Per Bulan

Beasiswa Adaro Foundation 2025 Masih Buka, Raih Rp 850.000 Per Bulan

Edu
Abdul Mu'ti Jadi Menteri Berperforma Tertinggi, Guru: Zaman Sebelumnya, Cukup Tertutup

Abdul Mu'ti Jadi Menteri Berperforma Tertinggi, Guru: Zaman Sebelumnya, Cukup Tertutup

Edu
Mendikdasmen Abdul Mu'ti Jadi Menteri dengan Performa Tertinggi Versi IndoStrategi

Mendikdasmen Abdul Mu'ti Jadi Menteri dengan Performa Tertinggi Versi IndoStrategi

Edu
Dedi Mulyadi Ingin Masukkan Anak Nakal ke Barak Militer, Perhimpunan Guru Beri Catatan

Dedi Mulyadi Ingin Masukkan Anak Nakal ke Barak Militer, Perhimpunan Guru Beri Catatan

Edu
Menderita Aritmia, Rasyiida Pakai Alat Pacu Jantung Saat Ikut UTBK SNBT 2025

Menderita Aritmia, Rasyiida Pakai Alat Pacu Jantung Saat Ikut UTBK SNBT 2025

Edu
Mendikdasmen Siapkan 2 Skema untuk Cegah Siswa Menyontek di Sekolah

Mendikdasmen Siapkan 2 Skema untuk Cegah Siswa Menyontek di Sekolah

Edu
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau