Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Bu, Besok Kita Masih Bisa Belajar Lagi kan?"

Kompas.com - 31/08/2012, 17:30 WIB
Galih Prasetyo

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Sekolah Darurat Kartini yang beralamat di Pergudangan, Jakarta Gudang, Kampung Bandan, Jakarta Utara, Jumat (31/8/2012), mulai diwarnai aktivitas. Murid-muridnya kembali masuk sekolah untuk belajar, setelah libur selama kurang lebih 13 hari sejak Hari Raya Idul Fitri (19/8).

Berdasarkan pantauan Kompas.com di hari pertama masuk tersebut, para murid sudah mulai beraktivitas seperti biasa. Hanya saja para murid bersama-sama melakukan pembenahan ruangan, dan melakukan halal bihalal usai Lebaran.

Sampai dengan pukul 13.00 WIB para murid terlihat sedang asyik bersih-bersih. Maklum, 13 hari merupakan waktu yang lumayan sehingga debu menutupi sekolah yang berukuran 10x40 meter persegi itu.

Murid-murid di sana terlihat bersemangat dan tetap riang bisa kembali sekolah meskipun mereka didera kesedihan lantaran sekolahnya terancam digusur PT KAI, dengan alasan penertiban bangunan-bangunan yang berdiri di areal tanah perusahan milik negara itu.

Persis di depan pintu sekolah tampak 2 kontainer raksasa terparkir. Terlebih di belakangnya tidak lebih dari 7 meter tertanam tangguh rel yang kerap dilalui KRL. Di samping pintu masuk terdapat Pos Kamling, Kom.PJK RT.006/04 F1. Belakang sekolah setelah rel KRL merupakan Jalan Lodan Raya.

Pendiri sekaligus pengajar Sekolah Darurat Kartini, yang merupakan kakak-beradik Sri Irianingsih alias Rian (63) dan Sri Rossiati alias Rossi (63) yang ditemui mengatakan, hari pertama sekolah para murid mengerjakan aktivitas biasa. Mereka masuk mulai pukul 07.00 WIB.

Hal yang biasa dikerjakan tiap hari ada kelompok murid yang kebagian piket bertugas memasak untuk makan mereka saat istirahat belajar nanti. Kembar Rian dan Rossi apabila datang ke sekolah selalu membawa bahan makanan yang akan dimasak sekitar pukul 06.30 WIB. Makanan matang pukul 09.00 WIB. Kemudian istirahat belajar pukul 09.30-10.00 WIB.

Sekolah tersebut gratis tanpa dipungut biaya sedikit pun. Bahkan seragam yang terdiri dari baju batik dan baju putih serta celana diberikan. Ijazah lulusan pun legal.

"Betul, Jumat ini pertama kami kembali ke sekolah. Kalau aktivitas sih seperti biasa. Tetap ada yang piket memasak untuk dimakan bersama-sama saat istirahat pelajaran. Tadi ada pengajian, tausiah, halal bihalal kemudian makan," kata Rian, yang kelahirannya hanya beda 5 menit dari Rossi, kakaknya.

Rian mengeluhkan nasib sekolah yang akan dibongkar atau direlokasi entah ke mana, barangkali akan dilempar kembali ke kolong jembatan. Perasaannya belum bisa tenang apabila masalah tersebut belum terselesaikan.

"Kasian anak-anak ini, apabila sekolah tempat mereka belajar digusur. Mereka anak tak mampu butuh pendidikan. Anak-anak aset bangsa. Mencerdaskan mereka sama dengan mencerdaskan bangsa. Kenapa seolah negara tak peduli," katanya.

Sampai dengan pukul 13.00 WIB lebih para murid masih betah berada di sekolah, meski hanya sekadar bermain angklung dan bersih-bersih. Tepat pukul 14.10 WIB mereka meninggalkan bangunan sekolah yang dibangun sejak 2006 itu yang sesuai rencana akan mulai digusur pada 9 September 2012.

Para murid beriringan mengantar Rian dan Rossi menuju mobilnya bermerek Pajero Sport berplat B 1521 UJE warna merah marun, seolah tak ingin berpisah. Dalam perjalanan menuju mobil, salah seorang murid menggandeng Rian sambil bertanya getir, "Bu, besok kita masih bisa belajar lagi kan," kata bocah itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com