Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perguruan Tinggi Bisa Bantu Stop Impor Bahan Pangan

Kompas.com - 03/09/2012, 17:44 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB) Hery Suhardiyanto yakin Indonesia dapat berhenti dari rutinitas mengimpor bahan panganan. Menurutnya, semua itu dapat diwujudkan dengan budaya penelitian yang baik dan inovatif, tentunya didukung pendanaan yang kuat, dari perguruan tinggi di nusantara.

Hery optimistis, turunnya anggaran khusus penelitian dapat menggairahkan kembali dunia riset di perguruan tinggi dalam negeri sehingga Indonesia bisa mulai menghentikan ketergantungan impor bahan makanan dari luar negeri. Bahkan, menurutnya, bukan tidak mungkin Indonesia bisa mengekspor bahan pangan jika mengalami surplus.

"Target kita menghentikan impor, yang utama ketahanan pangan kita, kita cukupi itu dulu. Mengekspor juga bisa jika kita optimal. Kita bisa membantu negara lain yang memiliki persoalan pangan," kata Hery saat dihubungi Kompas.com, Senin (3/9/2012).

Menurut demikian, Hery mengaku, ekspor dan impor harus ditanggapi secara realistis. Indonesia hanya bisa lepas dari impor dan kemudian menjadi negara pengekspor bahan makanan secara bertahap. Jumlah penduduk yang besar serta jumlah konsumsi yang baik harus dimanfaatkan agar hasil penelitian yang dikembangkan dapat sesuai harapan.

Untuk memenuhi harapan itu, IPB saat ini membutuhkan Rp 1 triliun untuk menggarap seluruh varietas unggul yang dimiliki.

"Kerja dan performa petani harus stabil. Jangan sampai membeli benih dengan harga mahal," tandasnya.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) akan mengucurkan 30 persen bunga dana abadi untuk penelitian dalam hal pangan dan energi.Pemerintah menjadikan IPB sebagai leading sector dalam penelitian pangan demi mencari pengalih dan alternatif sumber makanan utama.

Ke depan, IPB diharapkan dapat mengajak kampus-kampus lain untuk bersama-sama meneliti dua bidang penting, yakni pangan dan energi. Saat ini, IPB memiliki 179 varietas unggul dan sekitar 10 persen di antaranya sudah beredar di tengah masyarakat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com