Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia Paparkan Aksi Keaksaraan di Unesco

Kompas.com - 10/09/2012, 07:17 WIB
Nasrullah Nara

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com -- Direktur Pembinaan Pendidikan Masyarakat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Ella Yulaelawati tampil berbicara dalam sidang Unesco (lembaga PBB yang mengurusi pendidikan dan kebudayaan) di Paris, Perancis, terkait Hari Aksara Internasional 2012.

Dalam persiapan kembali ke Tanah Air, Senin (10/9/2012) dinihari atau Minggu petang waktu Paris, Ella mengungkapkan antuasiasme peserta sidang yang berasal dari 41, negara termasuk Indonesia. Ella diundang hadir dan berbicara dalam sidang Unesco atas prestasinya mengantar Indonesia meraih penghargaan  First Prize dari King Sejong  Prize. Penghargaan  diserahkan oleh Direktur Jenderal Unesco pada 6 September 2012.

"Hari Aksara International yang lazimnya  jatuh pada 8 September, diselenggarakan lebih awal pada 6 September," ujar Ella.

Penyerahan penghargaan dihadiri pula Duta Besar Indonesia untuk Perancis Rezlan Jeni, Atase Pendidikan dan Kebudayaan RI di Perancis Akhlus Tafsir, dan Deputi Wakil Tetap Unesco Carmidi Machbub.

Indonesia dinilai berhasil mengurangi angka penyandang buta aksara usia dewasa, melebihi target Education For All (Kesepakatan Dakar 2004). Semula ditargetkan penurunan jumlah tuna aksara yang pada tahun 2005 sekitar 15 juta menjadi tinggal setengah dari angka itu pada tahun 2015. Namun, pada tahun 2011, pencapaian Indonesia sudah melebihi separuh  yang ditargetkan, yakni tinggal 6,73 juta. Artinya, yang dibidik sekarang  tinggal sekitar 4,43 persen dari pupulasi tuna aksara (usia dewasa). Dengan kata lain, sejak tahun 2011 aksarawan Indonesa sudah mencapai 95 persen dari populasi.

Atas penghargaan itu, Indonesia menerima sertifikat dan medali serta akan menerima dana sebesar 20.000 dollar AS. Pertemuan berupa round table itu dihadiri 20  orang menteri pendidikan, termasuk di antaranya Menteri Pendidikan India, Pakistan, serta menteri dari  negara-negara Timur Tengah dan Afrika. Selain negara anggota Unesco, juga hadir sejumlah aktivis organisasi nonpemerintah yang bergerak di bidang keaksaraan. Demikian pula organisasi PBB lainnya, antara lain Islamic Education Scientific and Cultural Organisation (Isesco).

Forum yang berlangsung hingga 7 September 2012 itu digelar secara istimewa terkait dengan pencapaian Education For All (EFA), Millennium Development Goals (MDGs), dan  berakhirnya United Nation Decade for Literacy Unesco.

Agenda forum antara lain membahas pencapaan  target 2015 serta menyampaikan janji (reaching 2015 target, delivering on the promise). Pada pertemuan ini telah dibahas beberapa hal, seperti bagaimana rencana aksi untuk mempercepat pencapaian target literasi dunia, bagaimana  peran masing-masing negara agar lebih banyak orang beraksara di dunia. Bahasan mengerucut  pada sebuah  komunike.

"Sesuai dengan yang direncanakan Indonesia kami akan memfokuskan beberapa masalah, seperti meningkatkan kualitas keaksaraan, meningkatkan keaksaraan usaha mandiri, memperluas akses keaksaraan digital, memfokuskan keaksaraan pada daerah sulit secara geografis, sosial, dan ekonomi  termasuk penduduk migran. Dalam hal ini kita juga perlu mengembangkan kemitraan antarnegara dalam mendukung pencapaian EFA dan MDGs," papar Ella.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com