Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Modal Penelitian Ada, tetapi...

Kompas.com - 12/09/2012, 13:49 WIB
Indra Akuntono

Penulis

DEPOK, KOMPAS.com - Secara matematis, Indonesia memiliki potensi dan modal yang besar untuk melakukan dan mengembangkan penelitian. Akan tetapi, kelemahannya terletak pada sikap akademisi, khususnya di lingkungan pendidikan tinggi yang belum optimal menggunakan kompetensinya.

Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), Djoko Santoso mengatakan, sikap akademisi yang tidak optimal itu pada akhirnya membentuk budaya penelitian Indonesia yang lemah. Banyak penelitian yang dilakukan tergesa-gesa, atau mentah, dan ada juga yang hasil penelitiannya menjadi sangat mengerikan karena cara penyampaiannya ditulis menyesatkan.

"Potensi kita besar, tapi attitude kita untuk meneliti dan menulis dengan benar itu yang harus ditingkatkan. Jangan membuat tulisan penelitian yang menyesatkan," kata Djoko saat ditemui Kompas.com, di Universitas Indonesia (UI), Depok, Rabu (12/9/2012).

Ia menjelaskan, modal besar Indonesia dalam melakukan dan mengembangkan penelitian terletak pada jumlah mahasiswa yang jumlahnya mencapai sekitar 5,3 juta mahasiswa di tiga ribu perguruan tinggi negeri dan swasta. Jumlah tenaga pengajar yang dimiliki juga dinilainya cukup memadai, yakni 17,000 dosen bergelar doktor, dan 120.000 dosen dengan gelar magister.

"Itu modal kita. Apakah semuanya sudah berkontribusi pada penelitian, jawabannya belum. Kalau lebih tegas lagi, sangat belum," tukasnya.

Menurutnya, budaya penelitian akan terbangun dengan sendirinya apabila semua tenaga pengajar di perguruan tinggi melakukan bimbingan dengan baik kepada mahasiswanya. Pasalnya, sesuai aturan Kemdikbud, semua mahasiswa wajib mempublikasikan karya ilmiahnya. Tingkat sarjana melalui jurnal ilmiah kampus (online) atau Garuda, tingkat magister melalui jurnal ilmiah nasional (Dikti), dan tingkat doktor melalui jurnal ilmiah internasional.

"Belum lagi melalui 30 persen dana BOPTN yang alokasinya untuk penelitian. Kalau dibimbing dengan baik, semua akan menghasilkan jurnal ilmiah (penelitian)," tandasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com