Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peluang Menjadi Guru SMK Terbuka Lebar

Kompas.com - 14/09/2012, 16:33 WIB
Indra Akuntono

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Peluang menjadi guru untuk sekolah menengah semakin lebar. Pasalnya, kebutuhan guru, khususnya untuk sekolah menengah kejuruan (SMK) secara nasional belum dapat ditutupi oleh pemerintah menyusul rencana rintisan wajib belajar (wajar) 12 tahun melalui pendidikan menengahunversal (PMU). Ke depan, rekrutmen guru SMK akan diperluas dan fleksibel.

Direktur Jenderal Pendidikan Menengah, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Hamid Muhammad mengatakan, pihaknya akan melakukan tindakan khusus untuk mengatasi masalah kekurangan guru di SMK. Caranya dengan merekrut guru SMK dari luar Lembaga Pendidikan dan Tenaga Kependidikan (LPTK), baik dari fakultas teknik, ataupun politeknik yang memiliki kualitas baik.

"Tindakan khusus ini karena kekurangan guru di SMK sangan urgent. Khususnya untuk guru produktif atau di keahlian tertentu, seperti otomotif, elektro, dan pertanian," kata Hamid saat ditemui Kompas.com di gedung Kemendikbud, Jakarta, Jumat (14/9/2012).

Sumber daya pendidik yang diambil dari luar LPTK itu nantinya akan dilatih secara khusus kompetensi pedagogiknya di LPTK pilihan selama satu atau dua semester. Harapannya, latihan khusus itu akan mengasah kemampuan para guru dalam hal penyampaian materi kepada peserta didik.

"Secara subtansi pasti hebat, tapi cara penyampaiannya ini yang harus digodok di LPTK tertentu," ujrnya.

Kekurangan jumlah guru SMA dan SMK menjadi isu besar menyusul akan digulirkannya rintisan wajib belajar (wajar) 12 tahun melalui Pendidikan Menengah Universal (PMU). Dalam perhitungan Kemendikbud, diperlukan tambahan 26 ribu guru di jenjang pendidikan menengah untuk mendukung PMU. Akan tetapi karena faktor keterbatasan, akhirnya pemerintah hanya mampu menutup 50 persen dari kebutuhan semula.

Tindakan khusus pun dilakukan. Selain merekrut guru SMK dari luar LPTK, semua guru di jenjang SMA/SMK dituntut untuk mengajar dua mata pelajaran yang memiliki kaitan, atau minimal tidak terlalo "jomplang" perbedaannya.

"Ya, guru-guru adaptif kita latih juga melalui perguruan tinggi tertentu. Harapannya supaya mereka siap mengajar dua mata pelajaran," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com