Tranformasi Pendidikan Bersifat Industrialisasi

Kompas.com - 21/09/2012, 17:53 WIB
Ali Sobri

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Mengejar arus pendidikan yang lebih mengutamakan untuk memenuhi kebutuhan keahlian (skill) dalam perusahaan, maka pendidikan transformatif harus bersifat industrialisasi.

Hal ini disampaikan entrepreneur Dhaniswara K Harjono saat menjadi pembicara dalam seminar yang digelar Ikatan Alumni UKI di Graha William Soeryadjaya, Universitas Kristen Indonesia, Cawang, Jakarta Timur, Jumat (21/9/2012).

Dalam seminar bertajuk Pendidikan Transformatif sebagai Sarana Pembaharuan, ia menyampaikan tranformasi pendidikan juga harus bertujuan mengarahkan pencapaian kompetensi (competency achievement) siswa dalam dunia usaha dan industri.

"Tranformasi pendidikan bersifat industri. Ini konotasinya bukan hanya meningkatkan ekonomi, tetapi justru menambah nilai tambah diri," katanya di hadapan ratusan peserta seminar.

Pendidikan yang dimaksudkan Dhanis juga harus menyesuaikan diri dengan gerakan atau berbagai perubahan baik internal maupun eksternal.

"Lulusan pendidikan harus bisa 'menjual diri' melalui pendidikan yang ditempuhnya. Ada beberapa kualifikasi yang harus dimiliki saat terjun dalam dunia industri kini," katanya lagi.

Ia menyebutkan, salah satu kemampuan yang sudah harus dikuasasi peserta didik sekarang adalah penguasaan berbahasa internasional.

"Bahasa itu merupakan media. Kunci untuk membuka jendela dunia itu bahasa Inggris. Tidak perlu lagi pelajaran bahasa Inggris dimasukan dalam kurikulum, anggap saja siswa sudah mengerti. Sampaikan semua materinya dalam pengantar bahasa inggris. Kalau sudah nyemplung, nanti juga mereka mengerti," ujar Ketua Alumni UKI ini.

Selain itu, ia juga menyebutkan penyesuaian diri yang paling poenting dalam era globalisasi adalah adaptasi dengan teknologi terkini.

"Baiklah, usia di atas 60-an orang malas menggunakannya, kalau pun dibeli hanya memanfaatkan hal yang standar saja. Padahal teknologi itu mempermudah komunikasi dan mepercepat kerja. Anak muda harus menguasai itu," katanya.

Berkaitan dengan kearifan lokal, tranformasi pendidikan yang bersifat industri juga perlu mempertahankan local wisdom yang dijadikan sebagai pertahanan identitas bangsa untuk tetap berada dalam sistem indonesia.

"Local wisdom ini berada dalam pikiran diri sendiri, tentang kemengertian terhadap keadaan fenomena di lingkungan sendiri, dan menghormati kebudayaan sendiri. Sikap seperti ini menjadi bekal semangat untuk maju, dan berpegang teguh pada etika. Mereka yang mempunyai suatu etika tidak akan melunturkan budaya sendiri," jelasnya lagi.

Untuk bersaing di era globalisasi, ia juga menambahkan adanya sifat kejujuran untuk mengatakan yang benar, berfikir sebelum bicara, serta banyak mendengarkan orang lain.

"Tapi kejujuran itu menjadi penting untuk memberikan kepercayaan dan tanggung jawab dalam kehidupan dan dunia kerja," kata Dhanis lagi.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau