Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Komnas PA: Agar Lebih Pede, Jadikan ASS Duta

Kompas.com - 10/10/2012, 21:41 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak, Arist Merdeka Sirait menyayangkan sindiran dan pengusiran pihak sekolah terhadap ASS (15), korban penculikan dan perkosaan di Depok, Jawa Barat, beberapa waktu lalu.

Menurut Arist, pihak sekolah tidak sepatutnya menempatkan ASS layaknya orang bersalah. "Kasus ini seharusnya dijadikan momentum. Korban dapat sharing, menyosialisasikan kepada siswa lainnya agar tak terjerumus dengan kasus yang sama. Itu kalau pihak sekolah jenius," tegas Arist kepada wartawan di Kantor Komnas PA, Jl. TB Simatupang, Pasar Rebo, Jakarta Timur, Rabu (10/10/2012).

ASS adalah korban penculikan dari sindikat perdagangan manusia untuk keperluan seks komersial. Selama satu minggu, dia disekap oleh penculiknya dan dibawa berpindah tempat agar tidak dapat ditemukan.

Perkenalan ASS dengan salah seorang dari sindikat itu pun berasal dari situs jejaring sosial Facebook.

Arist melanjutkan, ASS dapat dijadikan sebagai duta sharing dengan teman sebayanya, sebagai korban dari efek negatif penggunaan dunia maya. Dengan demikian, kepercayaan diri ASS sebagai korban penculikan dan perkosaan dapat muncul kembali. Di satu sisi ia lolos dari trauma berkepanjangan, di sisi lain, kasusnya dapat menjadi contoh bagi anak-anak seusianya.

"Itu salah satu terapi kepada ASS juga. Tidak terbebani secara sosial. Itu harapan kita, bukan malah menghukum anak itu," tegas Arist.

Menurutnya, ide tersebut telah disampaikan ke pemerintah dan Yayasan Budi Utomo, tempat ASS mengenyam bangku pendidikan. Namun, ide tersebut belum ditanggapi secara resmi.

Ia pun berharap, Pemerintah kota Depok yang turut mengawal kasus ini tak hanya memantau di awal-awal kasus, namun sampai selesai. Sebelumnya, ASS sempat mendapat perilaku tak menyenangkan saat berniat kembali ke sekolahnya di SMP Budi Utomo, Senin (8/10/2012) lalu.

ASS menerima sindiran keras dari kepala sekolah dan pimpinan yayasan di depan teman-temannya dalam upacara bendera. Sindiran itu ditujukan untuk ASS karena dianggap mencoreng nama baik sekolah atas kejadian yang dialami ASS. Tak hanya itu, ASS mengaku diusir dari kelas oleh seorang guru.

Saat RG datang ke sekolah, ASS turun dari ruang kelasnya yang berada di lantai atas sambil didampingi seorang guru yang membawakan tasnya. Meski pihak sekolah telah membantah melakukan dua tindakan tersebut, namun pernyataan mengecam pun terus mengalir.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com