Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Guru Harus Kreatif, Bisa Ajar Etika Lewat 'Games'

Kompas.com - 11/10/2012, 18:20 WIB
Ali Sobri

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Adanya kasus kekerasan dan aksi tawuran antarpelajar yang sering terjadi belakangan ini mencerminkan sistem pendidikan di Indonesia masih kacau. Pengamat perlindungan anak, Seto Mulyadi, memandang perlu adanya perubahan kurikulum pendidikan yang lebih mengedepankan soal pendidikan karakter terutama bagi anak dan remaja.

"Sistem pendidikan kita, nampaknya sudah melupakan etika, bahkan masih belum mementingkan pendidikan spiritual. Cara bertingkah laku pelajar masih kacau, masih ada banyak kasus kerasan dan aksi tawuran seperti yang lalu itu," ujar pria yang akrab dipanggil Kak Seto ini saat menghadiri acara pelatihan ESQ bagi siswa SMA 70 dan SMA 6 di Jakarta, Kamis (11/10/2012).

Kak Seto menyarankan perlu adanya metode yang tepat untuk memutus mata rantai kekerasan dan tawuran di dunia pendidikan. Dalam hal tersebut, peningkatan kurikulum dapat diperankan oleh guru di sekolah.

"Hal demikian itu dipraktikkan oleh guru di sekolah, coba merangsang panca indera mereka (anak remaja) dengan game atau permainan yang mengedepankan kecerdasan emosial dan spiritual mereka. Itu efektif sekali membuat anak senang sekaligus berkarakter," ucapnya.

Kak Seto juga menjelaskan, visi pendidikan Indonesia harusnya sudah mengedepankan soal penerapan etika, yang kemudian dilanjutkan dengan pengembangan estetika.

"Tidak hanya mengejar nilai-nilai akademis, tetapi juga etika dan estetika. Dengan begitu, para pelajar dapat menjadi pribadi yang baik, dan bisa menjauhi tindakan-tindakan kekerasan yang ada di sekitarnya," jelas Kak Seto.

Ia menambahkan, perlu juga adanya campur tangan dari pihak ketiga, yaitu orang tua, sekolah, dan aparat untuk tetap memberikan teladan yang baik agar lingkungan sekitar juga mendukung sistem pendidikan yang sedang mereka jalani.

"Jangan sampai yang sudah baik dan damai dapat membara lagi. Ini berkaitan dengan usia anak juga, tolong kita yang dewasa berikan juga hak diskresi mereka, agar mereka bisa mengambil keputusannya sendiri," tandasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com