Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejuta Pesona dari Banda

Kompas.com - 21/10/2012, 09:40 WIB

KAWANAN lumba-lumba tiba-tiba muncul di samping kapal, seakan hendak menyambut, saat kapal mendekati Kepulauan Banda, Maluku. Gunung Api yang menjulang setinggi 670 meter di atas permukaan laut dengan sepuluh pulau kecil di sekitarnya yang masuk dalam Kepulauan Banda pun kian jelas terlihat.

Panorama alam Banda melenyapkan semua lelah yang membebani tubuh setelah menempuh perjalanan laut tujuh jam dari Ambon, ibu kota Maluku. Pulau-pulau tertutup vegetasi yang lebat dengan pasir putih di pesisirnya dan nyiur kelapa yang menaunginya.

Di perairan di antara pulau-pulau tersebut, aktivitas nelayan menangkap ikan dengan perahu tradisional kian menambah pesona panorama yang disuguhkan.

Di bawah laut, pesona tak kalah indah. Lautan biru yang jernih memungkinkan terumbu karang dengan ikan-ikan karang aneka warna yang berenang di antaranya bisa terlihat jelas dari permukaan atau dengan snorkeling.

Dengan menyelam, keragaman hayati bawah laut bisa lebih terlihat. Ada sedikitnya sepuluh titik penyelaman yang tersebar di Banda dengan kedalaman maksimal 35 meter. Tidak perlu khawatir dengan peralatan selam karena sudah ada operator selam, yaitu Bandarin Divers, yang menyewakan peralatan selam sekaligus mengantarkan ke titik-titik selam.

Tidak heran, dengan pesona yang ada, tokoh internasional seperti Mick Jagger (vokalis Rolling Stones), mendiang Lady Diana, dan Princess of York, Sarah Ferguson, tertarik berwisata di Banda. Ditambah lagi, ratusan wisatawan mancanegara yang sering menghabiskan waktu berlibur di Banda setiap tahun.

Namun, semua panorama alam yang ada itu hanya sebagian dari pesona yang bisa memikat wisatawan datang ke Banda.

Kepulauan Banda yang berada di tengah Laut Banda menjadi tempat ”pelarian” yang sempurna dari hiruk-pikuk perkotaan. Udaranya bersih, suasananya sepi. Tidak banyak kendaraan bermotor lalu lalang di Banda. Masyarakatnya lebih memilih menggunakan sepeda atau berjalan kaki daripada dengan sepeda motor karena memang jaraknya berdekatan.

Begitu pula wisatawan yang datang. Dengan berjalan kaki, keramahan masyarakat Banda akan lebih terasa. Senyum dan sapa dari warga setiap kali berpapasan adalah hal yang biasa terjadi. Bahkan, tidak jarang, warga mengajak masuk ke rumah mereka untuk makan atau sekadar minum teh atau kopi.

Berjalan kaki sambil melihat bangunan-bangunan berarsitektur Eropa peninggalan Belanda di kiri-kanan jalan, lalu singgah di bangunan-bangunan itu yang beberapa di antaranya difungsikan warga menjadi kafe, juga akan membuat pengalaman berlibur lebih berkesan. Suasana yang ada akan membawa ke tempo dulu, sekitar abad ke-17.

Ya, Banda juga tersohor dengan bangunan-bangunan berarsitektur Eropa pada abad ke-17 yang berpilar besar di bagian depannya dan langit-langit bangunan yang tinggi.

Bangunan ini banyak terdapat di Pulau Naira. Bangunan yang dulu kebanyakan digunakan oleh pemilik kebun pala itu kini digunakan warga menjadi kafe, motel, dan tempat tinggal meski ada pula di antaranya yang dibiarkan tak berpenghuni.

Di Pulau Naira juga terdapat bangunan peninggalan Belanda yang warga sebut Istana Mini. Istana yang dibangun tahun 1622 ini pernah menjadi tempat kediaman tiga gubernur jenderal VOC yang bertugas di Banda setelah Banda ditetapkan sebagai ibu kota provinsi, yaitu disebut Government van Banda.

Arsitektur istana ini mirip dengan istana negara di Bogor yang dibangun tahun 1745 sehingga banyak yang menduga arsitektur Istana Mini menjadi contoh Istana Bogor.

Selain itu, terdapat pula lima benteng yang pernah difungsikan untuk pertahanan dan perang. Benteng-benteng ini ada yang dibuat oleh Belanda dan Inggris, ada pula yang dibuat Portugis. Kelima benteng itu adalah Benteng Holandia, Belgica, Nassau, Revenge, dan Concordia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com