Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mahasiswa Asing Teliti Pengaruh Identitas Etnis

Kompas.com - 23/10/2012, 16:03 WIB
Ester Lince Napitupulu

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Mahasiswa Indonesia keturunan Tiongha yang belajar atau kursus bahasa Mandarin tidaklah untuk meneguhkan identitas etnisnya. Mahasiswa keturunan yang mempelajari bahasa Mandarin murni karena memang ingin mempelajari salah satu bahasa internasional tersebut.

 

Demikian hasil penelitian yang dilakukan Lu Li Qian Qian, penerima beasiswa Program Kemitraan Negara Berkembang (KNB) atau Scholarship on Developing Countries Partnership dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang diwisuda dari program S-2 Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga Surabaya, pekan lalu. Lu Li Qian Qian yang biasa disapa dengan nama Indonesia Anna, berasal dari Hunan, China.

"Sungguh saya ingin melihat ada atau tidak pengaruh identitas etnis dengan kursus atau belajar bahasa Mandarin di kalangan mahasiswa keturunan Tionghoa di Surabaya. Ini penting untuk mengetahui sejauh mana identitas itu muncul dan berkembang," kata Anna menjelaskan alasan penelitiannya, Selasa (23/10/2012). 

 

Untuk mengumpulkan data bagi penelitiannya, Anna menyebarkan kuisioner kepada mahasiswa dari etnis keturunan yang belajar Sastra Tionghoa dan membandingkannya dengan mahasiswa etnis keturunan yang belajar Sastra Inggris. 

 

"Meski diakui ada pengaruh terhadap identitas mereka, pengaruhnya tidaklah signifikan. Ini artinya. Mereka memang benar-benar berniat ingin belajar bahasa Mandarin dan bukan ingin meneguhkan identitas sebagai orang China," kata Anna yang tercatat sebagai mantan dosen di Guang Xi University for Nationalities, Propinsi Guang Xi, China bagian Selatan.

Penelitiannya ini, papar Anna, bisa berguna bagi bangsa Indonesia. Kesimpulan dari penelitiannya itu berdampak sangat positif karena mahasiswa keturunan yang belajar bahasa Mandarin memang murni untuk belajar. Ini artinya, kewarganegaraan mereka memang tidak perlu diragukan lagi sebagai orang Indonesia.

"Ini menjadi modal bagi pembangunan Indonesia yang ber-Bhineka Tunggal Ika untuk lebih maju lagi. Kekhawatiran terhadap adanya diskriminasi etnis dengan sendirinya akan pupus karena mereka sudah menjadi satu sebagai orang Indonesia, tidak ada lagi identitas sebagai orang China," katanya.

 

Anna menjelaskan, untuk mengukur identitas etnik Tionghoa di kalangan mahasiswa Tionghoa yang belajar di Surabaya, dia mengadaptasi skala identitas etnik Asia Timur yang pernah dilakukkan Barry pada tahun 2002. "Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat identitas etnik mahasiswa Tionghoa yang berada di program studi Sastra Inggris ataupun mahasiswa etnis Tionghoa di Sastra Tionghoa tidaklah signifikan," ungkap Anna yang berencana melanjutkan ke jenjang S-3 di Indonesia. Anna menambahkan, ada beberapa kemungkinan terhadap kesimpulan yang ia peroleh, antara lain lingkungan sosial, kesenjangan budaya dan generasi, agama, status polilik, serta keterlibatan dalam kelompoknya. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com