Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Makna Baru Sumpah Pemuda

Kompas.com - 27/10/2012, 02:22 WIB

Oleh Puti Guntur Soekarno

Jakarta, 84 tahun silam. Sekelompok pemuda terpelajar dengan latar organisasi kepemudaan beberapa daerah dan agama mengakhiri pertemuan mereka dengan menyatakan sebuah imaji tentang tanah air, bangsa, dan bahasa: Indonesia.

Ini penanda historis suatu masyarakat yang membayangkan diri sebagai satu komunitas politik tanpa menghitung-hitung keuntungan kelompok dan pribadi ke dalam satu semangat kedaulatan politik yang kita kenal sekarang sebagai Sumpah Pemuda.

Tak tersangkal, dalam rentang 84 tahun sejak Sumpah Pemuda diikrarkan, tentu banyak hal baru dalam hidup masyarakat Indone- sia sekarang. Dalam satu dekade berselang, kita telah melampaui periode otoritarianisme dan menikmati hidup politik demokratis dengan segala catatan.

Dengan memperhatikan segala perkembangan baru yang terjadi dalam lingkungan hidup kita, pertanyaan penting adalah bagai- mana kita memberikan makna historis terhadap peristiwa yang terjadi 84 tahun lalu yang sekaligus jadi pijakan normatif bagi hidup kita sekarang.

Konteks baru

Segala yang terjadi dalam hidup kita saat ini memberikan petunjuk bahwa tekad tentang tanah air, bangsa, dan bahasa yang satu memerlukan makna baru atas situasi yang kita hadapi. Sejarah layak menjadi penerang masa depan, tetapi tidak untuk membebani kita dengan masa lalu.

Merayakannya dengan sekadar mengangkat simbol masa lalu dan menempatkannya sebagai kritisisme atas kehidupan masa kini hanya akan menempatkan kita pada bayangan romantisisme sejarah berhadapan dengan realitas kekinian yang memiliki tantangan lebih besar dan kompleks.

Perlu kita melihat masa lalu dan melihat apa yang kurang dan tak sesuai dengan cara serta metode hidup kita sekarang. Menu- rut pemikir Thomas Paine, satu generasi baru selayaknya mampu membebaskan diri dari ikatan mitos dan traktat-traktat kuno yang sudah tak relevan dengan kondisi dan suasana hidup gene- rasi itu. Setiap generasi baru harus mampu menciptakan cara dan metode baru dalam hidup mereka yang sesuai dengan kondisi zaman dibandingkan dengan sekadar mengutip dan mengikat diri pada apa yang pernah terjadi. Kita anak zaman kita.

Dengan meletakkan Sumpah Pemuda dalam pandangan seper- ti itu, banyak soal sudah pasti muncul berkait dengan serangkaian ironi zaman kita: hidup yang seperti berjalan terbalik dengan tekad yang dicetuskan tentang tanah air, bangsa, dan bahasa yang satu itu. Hal-hal sederhana yang terjadi dalam kehidupan kontemporer kita di Indonesia sekarang membuktikan hal ini.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com