Sejauh-Jauhnya, Mereka Ada di Tapal Batas Republik Ini...

Kompas.com - 18/11/2012, 09:39 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Gerakan Indonesia Mengajar yang digagas Rektor Universitas Paramadina Anies Baswedan, tak henti menghadirkan kisah-kisah inspiratif tentang pengalaman mengajar di pelosok Tanah Air. Para pengajar muda, umumnya bukanlah mereka yang memiliki latar belakang sebagai pengajar. Lalu, bagaimana mengajar anak-anak muda ini untuk bergabung? Itulah salah satu pertanyaan yang diajukan Tri Wahono, Redaktur Pelaksana Kompas.com, saat memandu talkshow "Pahlawan Tanpa Tanda Jasa", dalam rangkaian Kompasianival 2012, di Skeeno Hal Gandaria City, Jakarta Selatan, Sabtu (17/11/2012).

"Sejauh-jauhnya tempat yang Anda datangi itu, masih tapal batas Republik ini. Jangan Anda bayangkan itu adalah dunia lain. Dan mereka masih saudara sebangsa kita sendiri. Kita masih punya janji untuk mencerdaskan mereka," kata Anies. 

Motivasi sekaligus kritik tajam itulah yang membawa ratusan tenaga pengajar muda terjun ke daerah-daerah pelosok Indonesia, berbagi, dan memberikan sesuatu yang absen dari kehidupan masyarakat setempat, yakni pendidikan. Soal latar belakang diluar tenaga pengajar, Anies punya kuncinya. Sebelum terjun, mereka masuk training camp selama tujuh minggu. Tak hanya diberikan pembekalan di bidang kurikulum pendidikan, para pengajar muda itu juga dibekali latihan kepemimpinan dan survival. Pasalnya, tidak semua situasi di pelosok Tanah Air bersahabat dengan para pengajar muda yang kebanyakan terbiasa dengan kehidupan kota.

"Bidang mengajarnya macam-macam. Bahkan, mereka harus siap mengajar beberapa kelas bersamaan, misalnya kelas satu sampai tiga. Itu tantangan masing-masing. Kami hanya memberi modal awal, sisanya atasi sendiri," lanjut Anies.

Dalam talksow tersebut, Anies turut memanggil salah satu pengajar muda bernama Mila. Di depan ratusan pengunjung, Mila yang pernah mengajar di pelosok Aceh itu pun menceritakan pengalaman, serta pengalamannya berbagi ilmu dan mendorong anak-anak pelosok untuk memiliki semangat belajar.

"Ada satu anak di Aceh, orang tuanya sering melakukan kekerasan. Tapi begitu tahu anaknya pernah juara lomba dan masuk koran, orang tua anak itu datang ke saya sambil menangis. Dia terima kasih dan berjanji untuk menjaga anaknya dan tidak memukulinya lagi," terang Mila yang langsung disambut tepuk tangan meriah.

Anies melanjutkan, munculnya Gerakan Indonesia Mengajar setelah melihat ketimpangan yang ada. Banyak pelajar Indonesia yang meraih juara dalam olimpiade sains di tingkatan internasional, namun jauh dari pengalaman akar rumput. Demikian sebaliknya. Banyak mereka yang aktif di akar rumput, namun tertutup untuk menembus event internasional.

"Untuk itu lah kita berharap dari mereka yang memiliki pengalaman, muncul pemimpin masa depan yang memiliki kompetensi, memiliki pengalaman grass root Indonesia," ujar Anies.

Cerita seru, haru sekaligus membanggakan itu kiranya mampu menggerakan banyak lagi kaum muda untuk meninggalkan zona nyaman mereka. Pergi dengan perahu kayu, menelusuri hutan-hutan, mendaki gunung, menyeberangi sungai untuk membangun bangsa, lewat pendidikan.

"Tujuan kita bukan menyelesaikan permasalahan pendidikan di Indonesia, tapi kami mengajak seluruh pihak untuk menyelesaikan permasalahan pendidikan di Indonesia," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


    komentar di artikel lainnya
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
    atau