Ketika Matematika dan Sains Jadi Menyenangkan

Kompas.com - 26/11/2012, 01:12 WIB
Riana Afifah

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Dengan lincah, bocah yang kini duduk di bangku kelas tiga Sekolah Dasar (SD) ini memasang satu acar timun ke dalam alat peraga berupa boks hitam yang diletakkan di atas meja.

Tanpa ragu, ia menyalakan tombol kecil dan mendadak acar timun tersebut mengeluarkan cahaya. Glowing Pickles, itu adalah nama eksperimen acar timun bercahaya yang dikerjakan oleh dua siswa Sekolah Kembang yaitu Vindra dan Trisha bersama keluarganya.

Setelah menunjukkan percobaan tersebut, Vindra dengan lancar menjelaskan mengapa acar timun tersebut dapat menyala.

"Jadi acar timun ini punya kandungan asam cuka dan air. Nah kalau dialiri listrik, akan keluar sedikit api dan muncul cahaya seperti ini," jelas Vindra pada Kompas.com saat Math and Science Fair 2012 di Sekolah Kembang, Kemang, Jakarta, Sabtu (24/11/2012).

Pemilihan percobaan ini juga sangat didukung oleh keluarga karena dinilai tetap aman meski menggunakan aliran listrik. Cara merangkai percobaan ini sendiri didapat oleh Vindra dari melihat rekaman di youtube dan mencari informasi di internet sehingga tidak ditemukan kendala dalam prosesnya.

Begitupula dengan Jasmine yang merupakan siswa kelas lima di Sekolah Kembang. Dengan melihat di Youtube, ia berkreasi dengan air, minyak, pewarna makanan, vitamin c (redoxon) dan senter sehingga menghasilkan lava lamp yang kerap dijadikan pajangan rumah atau kamar.

Sementara Zavi yang duduk di bangku kelas tiga Sekolah Kembang ini memilih percobaan yang ringan tapi cukup unik. Bocah berkacamata ini ternyata suka sekali menyantap kentang goreng yang disediakan di resto siap saji hingga akhirnya ditegur ibundanya.

Akibat dari teguran tersebut, Zavi menjadi penasaran dan berusaha mencari tahu kandungan apa saja yang terdapat dalam kentang goreng yang dijual oleh resto siap saji.

Dari situ, ia memilih lima sampel untuk diuji dan ditampilkannya pada Math and Science Fair 2012. "Kentang goreng ini didiamkan saja selama lima hari dalam toples kedap udara. Yang paling banyak jamurnya setelah lima hari ini justru yang paling aman karena tidak mengandung bahan pengawet," ujar Zavi.

Adapun lima sampel yang diambil oleh bocah berusia delapan tahun ini berasal dari tiga resto siap saji yang cukup terkenal dan dua berupa frozen fries dan homemade fries.

Dari lima sampel tersebut, homemade fries terbukti yang paling aman dan kentang goreng dari salah satu resto siap saji ternama yang paling berbahaya karena sama sekali tidak ditumbuhi jamur setelah didiamkan selama lima hari.

"Rasanya memang enak dan lebih gurih karena mengandung banyak yang bisa mengakibatkan darah tinggi. Kalau bahan pengawet, kebanyakan bisa bikin kanker," tandasnya.

Itulah aksi-aksi peserta didik Sekolah Kembang saat Math and Science Fair 2012. Berbagai ilmu didapat dengan cara menyenangkan dan dengan metode yang disukai oleh anak-anak ini. Matematika dan Sains yang dinilai sebagai momok ini juga berubah menjadi sesuatu yang menyenangkan.

Wakil Kepala Sekolah Sekolah Kembang, Lestia Primayani ini juga mengatakan, dengan percobaan ringan ini, anak-anak dapat dengan sendirinya memahami suatu hal mengenai Matematika dan Sains tanpa harus duduk diam di kelas dan mendengarkan guru.

"Ini anak-anak jadi tau, asam cuka seperti apa. Asam karbonat seperti apa karena mencoba sendiri. Tentunya mereka jadi lebih cepat paham," ungkap Tia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau