SURABAYA, KOMPAS.com -- Pertamina Foundation mengirim guru dan buku untuk membantu pendidikan anak-anak usia sekolah dari keluarga tenaga kerja indonesia (TKI) yang terancam buta huruf di Malaysia. Di Malaysia diperkirakan sebanyak 59.000 putra-putri TKI terabaikan pendidikannya, tanpa pelajaran membaca, menulis, dan menghitung.
Direktur Eksekutif Pertamina Foundation Nina Nurlina Pramono mengatakan, mengatakan, Pertamian Foundation sudah mengirim 13.000 buku pemberantasan buta huruf ke Sabah, Malaysia, melalui Surabaya, Jawa Timur. Pertamina Foundation menggandeng Ikatan Guru Indonesia (IGI) dalam teknis pelaksanaan pemberantasan buta huruf di Malaysia.
Program pemberantasan buta huruf putra-putri TKI di Sabah dari Pertamina Foundation dan IGI terdiri dari bantuan buku sekolah elektronik (BSE) untuk SD dan buku Pemberantasan Buta Huruf. Ada juga training of trainer (ToT) Effective and Basic Teaching, yakni meningkatkan kualitas guru-guru di Sabah dengan training, serta pengiriman guru bantu.
Nina mengatakan, program pengiriman buku, pelatihan, serta guru bantu dilaksanakan hingga satu tahun ke depan, dengan nilai total sekitar Rp 1 miliar. Program lainnya yakni pengiriman bantuan alat bantu belajar dan sarana transportasi.
Di Sabah saja saat ini ada sekitar 40.000 anak-anak TKI yang tidak terurus pendidikannya. Sedangkan ribuan lainnya tersebar di Sarawak hingga semenanjung. Jumlah anak TKI yang buta huruf di Malaysia mencapai 59.000 orang.
Menyadari kondisi seperti itu Pertamina Foundation terpanggil untuk berbuat sesuatu. "Kami ingin anak-anak TKI juga mempunyai hak atas pendidikan," ujar Nina, Senin (26/11/2012) di Surabaya.
Menurut Sekretaris Jenderal IGI, M Ihsan, anak-anak usia sekolah di Malaysia berhak atas pendidikan dasar. "Mereka harus dibantu untuk bisa menikmati pendidikan seperti anak-anak lainnya di Tanah Air. Sebab, selama ini anak-anak TKI memang dilarang Pemerintah Malaysia untuk bersekolah formal," jelas Ihsan.
Ihsan mengatakan, anak-anak TKI di Malaysia umumnya hanya dapat mengakses pendidikan tidak resmi, semacam kursus atau community learning centre (CLC). Itupun hanya diizinkan berdiri di area ladang sawit. "Satu-satunya yang diizinkan di luar ladang sawit hanya Sekolah Indonesia Kota Kinabalu (SIKK)," kata Ihsan.
Ia meyakini, terobosan yang dilakukan Pertamina Foundation akan membantu banyak anak-anak TKI untuk dapat mengakses pendidikan. Setelah pengiriman buku, saat ini IGI juga tengah mempersiapakan materi untuk training bagi 60 guru di Malaysia.
Proses seleksi 25 guru yang akan dikirim ke Malaysia juga sedang berlangsung. Mereka akan mengajar di Malaysia selama periode satu tahun.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.