Mending 'Mentoring' daripada Tambah Durasi Belajar

Kompas.com - 29/11/2012, 18:59 WIB
Riana Afifah

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Penambahan durasi belajar dalam perubahan kurikulum ini masih dianggap wajar oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Dibandingkan negara lain, Indonesia memang masih memenuhi kuota untuk menambah durasi belajar.

Anggota Komisi X DPR RI dari Fraksi PKS, Raihan Iskandar, mengatakan bahwa penambahan durasi belajar untuk para peserta didik ini tidak perlu dilakukan. Dengan durasi singkat, anak-anak juga tetap bisa belajar optimal seperti yang dilakukan di Finlandia.

"Mendikbud sendiri menyadari jumlah jam belajar di Finlandia lebih singkat dari pada di Indonesia. Jadi tak masalahnya kita juga seperti itu," kata Raihan saat dihubungi, Kamis (29/11/2012).

Kendati demikian, ia menjelaskan bahwa durasi singkat tersebut tetap harus diimbangi dengan kelompok mentoring atau tutorial terhadap peserta didik. Hal ini cukup ampuh dilakukan di Finlandia karena dapat dengan mudah menjangkau siswa yang kesulitan belajar.

"Inilah yang menjadi salah satu faktor keberhasilan pendidikan di sana. Metode mentoring ini sangat efektif daripada metode tatap muka di kelas," jelas Raihan.

Metode mentoring ini dilakukan dengan pembagian siswa ke dalam kelompok belajar yang beranggotakan sekitar 10-12 siswa dan seorang guru sebagai fasilitatornya. Dengan demikian, hubungan guru dan murid terjalin lebih baik dan lebih nyaman untuk belajar.

"Tingkat penyerapan ilmu, nilai dan karakter siswa bisa lebih maksimal dibandingkan dengan metode tatap muka di kelas," ungkapnya.

Beberapa waktu lalu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh mengatakan hal senada bahwa Finlandia memiliki durasi belajar tersingkat. Namun selepas sekolah anak-anak tersebut didampingi seorang guru untuk mentoring atau tutorial.

Hal ini berjalan lancar di Finlandia karena jumlah populasi di sana tidak terlampau banyak. Kemudian perbandingan antara jumlah siswa dengan guru seimbang sehingga metode mentoring ini bisa diterapkan dan terus berjalan.

"Di Indonesia ini, jumlah siswanya banyak. Gurunya masih banyak yang kurang. Tapi kami segera cari solusi. Metode tutorial juga bisa dijadikan pilihan tapi bukan untuk saat ini," kata Nuh.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


    komentar di artikel lainnya
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
    atau