Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mendikbud Rela Ambil Risiko Dicap "Buruk"

Kompas.com - 30/11/2012, 09:18 WIB
Riana Afifah

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com Dirombaknya kurikulum menimbulkan kontroversi. Banyak pihak menilai bahwa perubahan kurikulum ini hanya proyek Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) saja sehingga muncul anggapan buruk bahwa kurikulum akan terus berganti setiap menteri berganti.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh mengatakan bahwa kurikulum ini memang harus berubah karena zaman juga berubah. Butuh penyesuaian dari segi kebutuhan pengetahuan dan sikap. Oleh karena itu, menurutnya, perubahan kurikulum wajar terjadi selama didukung alasan yang rasional.

"Saya paham, ada yang bilang kalau ganti kurikulum ini nanti dicap ganti menteri ganti kurikulum. Tapi di sisi lain, anak-anak kita butuh sesuatu agar pendidikannya maju. Kalau struktur tidak diubah, akan ketinggalan," kata Nuh saat Uji Publik Pengembangan Kurikulum 2013 di Hotel Mega Anggrek, Jakarta, Kamis (29/11/2012).

"Lalu mana yang dikorbankan kalau seperti itu? Akhirnya, kami ambil risiko untuk lakukan perubahan dan muncul anggapan ganti menteri ganti kurikulum. Tapi yang penting rasionalitasnya jelas," imbuh Nuh.

Ia juga menambahkan bahwa kurikulum akan kembali berubah entah dalam beberapa tahun ke depan. Perubahan kurikulum memang sudah semestinya terjadi selama kebutuhan anak-anak terhadap pendidikan juga terus berkembang. Justru tidak wajar, lanjutnya, jika satu kurikulum terus digunakan dan tidak pernah diganti.

Ia mengungkapkan bahwa perubahan yang dilakukannya melalui berbagai tahapan dan pembahasan ini akan diperiksa kembali dalam beberapa tahun ke depan. Kemudian akan dievaluasi dan ditelaah apakah masih sesuai dengan konteks perkembangan zaman saat itu.

"Kalau sudah tidak cocok ya diganti lagi. Jadi, lazim ada perubahan gini. Dengan segala risiko dan konsekuensinya harus berani. Ini kan buat kebaikan," tandasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com