JAKARTA, KOMPAS.com - Sudah hampir 10 kali, pendidikan Indonesia berganti kurikulum dengan metode pembelajaran yang sebenarnya tidak jauh berbeda dari kurikulum yang satu dengan yang lainnya. Namun masing-masing kurikulum tetap memiliki suatu yang baru dalam prosesnya untuk ditawarkan kepada publik
Rektor Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Sunaryo mengatakan bahwa bentuk kurikulum seperti ini sebenarnya sudah pernah dirintis pada tahun 1975. Saat itu, kurikulum yang dipakai adalah Kurikulum Sekolah Dasar yang akhirnya diganti pada tahun 1984 dengan Kurikulum 1984.
"Pada tahun 1975 sudah pernah dirintis seperti ini. Saat ini revitalisasi saja dan mereposisi apa yang relevan saja," kat Sunaryo di Hotel Mega Anggrek, Jakarta, Jumat (30/11/2012).
Ia mengatakan bahwa dulu pernah muncul sistem belajar Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA). Sebenarnya, hal tersebut tidak jauh berbeda dengan metode berbasis tematik integratif yang mendorong siswa untuk mencari tahu jawaban dan mengobservasi tiap tema bahasan. Hanya saja, yang saat ini disesuaikan dengan kebutuhan anak-anak pada zaman sekarang.
"Ini sudah sesuai. Tinggal implementasinya saja yang saya ingin lihat dan bagaimana penjabarannya dalam proses pendidikan," ujar Sunaryo.
Ia menambahkan bahwa pelatihan guru memang perlu dilakukan. Namun hal tersebut tidak cukup, harus ada manajemen lapangan dan pemantauan secar berkala agar dapat terpetakan kendala yang muncul saat implementasi berlangsung sehingga dapat segera ditangani.
"Pelatihan boleh saja. Tapi pemantauan lapangan ini penting. Proses pembelajaran ini yang penting untuk dilihat," tandasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.