SURABAYA, KOMPAS.com — Mendapatkan akses pendidikan tidak harus melalui sekolah formal. Penghapusan rintisan sekolah bertaraf internasional (RSBI) dapat menjadi momentum untuk mengenalkan strategi deschooling.
"Untuk melahirkan sikap mandiri, sehat, produktif, dan berkarakter tidak harus lewat sekolah," ujar penasihat Dewan Pendidikan Jawa Timur, Daniel M Rosyid, di Surabaya, Minggu (13/1/2013).
Menurut Daniel, banyaknya pihak yang kebingungan saat RSBI dihilangkan menunjukkan betapa masyarakat kita sudah kecanduan sekolah sehingga tidak mampu membayangkan sebuah masyarakat tanpa sekolah.
Padahal, masyarakat tanpa sekolah itu pernah ada dan dapat dibentuk. Apalagi di abad internet saat ini, masyarakat dapat belajar banyak hal tanpa harus ke sekolah.
Deschooling adalah layanan pendidikan universal yang dapat dilakukan melalui jejaring belajar yang luwes dan lentur.
"Belajar bisa di mana saja, kapan saja, sesuai dengan minat dan bakat warga pembelajar," kata Daniel.
Menurut Daniel, dunia pendidikan di Indonesia diwarnai diskriminasi via RSBI, sertifikasi yang tidak mendongkrak kinerja guru, ketimpangan prasarana, dan distribusi guru yang buruk, sementara anggaran makin besar.
Hal ini menunjukkan bahwa sekolah adalah bagian dari masalah pendidikan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.