Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

UI Beri Gelar Doktor Honoris Causa ke Profesor Asal Belanda

Kompas.com - 09/02/2013, 21:45 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Universitas Indonesia memberi gelar Doktor Kehormatan atau Honoris Causa kepada warga negara Belanda, Prof. Dr. Willem Arnoldus Laurens Stokhof. Pemberian gelar itu didasarkan pada jasa Stokhof dalam pengembangan linguistik, penelitian dan pembinaan linguistik di Indonesia.

Pemberian gelar tersebut dilakukan pada Sabtu, (9/2/2013) di Balairiung UI, Depok, Jawa Barat, bersamaan dengan acara Wisuda Program Sarjana dan Vokasi semester gasal 2012 / 2013. Penganugerahan tersebut dipimpin oleh penanggung jawab sementara. Rektor UI Prof. Dr.Ir.Djoko Santoso, M.Sc di hadapan sivitas UI.

Selain Stokhof, UI juga memberikan gelar serupa kepada Mantan Wakil Presiden Republik Indonesia, Jusuf Kalla. Menurut siaran pers yang diterima Kompas.com, Stokhof adalah sosok yang tidak bisa terpisahkan dari Indonesia. Meski berkebangsaan Belanda, ia menunjukan sumbangsihnya dengan melestarikan bahasa daerah di Indonesia. Salah satunya adalah dengan penelitian awalnya saat mengunjungi Kepulauan Alor, Nusa Tenggara Timur untuk meneliti 14 bahasa daerah yang nyaris punah.

Sekretaris Universitas Indonesia, Prof.I Ketut Surajaya, mengatakan, mengutip data dari Unesco, setiap tahun terdapat 10 bahasa dunia yang punah. Data tersebut terlihat begitu jelas di Indonesia yang memiliki 742 bahasa, namun kini hanya 13 bahasa yang penuturnya di atas 1 juta orang dan sisanya di bawah itu. Bahkan ada bahasa yang dituturkan di bawah 500 orang.

"Di antara 6.000 bahasa yang kini masih digunakan, hanya tersisa 600-3.000 bahasa yang bertahan menjelang abad ke-21," ujarnya.

Ketut Surajaya melanjutkan, ada beberapa sumbangsih Stokhof kepada dunia bahasa di Indonesia sehingga mendasari UI memberikan gelar kehormatan tersebut. Beberapa diantara karyanya yakni perannya sebagai dokumentator bahasa eksotis di Nusantara atau bahasa dengan penutur sedikit agar dapat terus digunakan.

Kedua, Sumbangsih Stokhof dalam membina linguis Indonesia melalui pendidikan lanjut formal dalam jenjang magister dan doktor bidang linguistik. Hal itu dapat terlihat saat ia menjabat sebagai Programme Director of the Indonesian Linguistics Development Project (ILDEP) yang melahirkan lebih dari 50 magister dan 40 doktor di bidang linguistik dan publikasi.

"Aktivitas Stokhof tidak berhenti berada di lingkar pembinaan pakar bidang linguistik, melainkan menciptakan program kolaboratif yang diarahkan kepada pembinaan kapasitas pengetahuan bagi orang Indonesia," lanjutnya.

Selain dalam lingkup linguistik, Stokhof juga mengadakan pengkajian antardisiplin tentang Papua. Salah satunya adalah dengan mendirikan Institute for the Study of Islam in the Modern World (ISIM). Di institut itu, ia mengembangkan pengkajian agama Islam di Leiden, Belanda.

Sekedar latar belakang, sejak tahun 1985, ia mengembangkan kerjasama dengan Kementerian Agama RI dalam membina intelektual muda Muslim. Kerjasama itu diimplementasikan melalui program Indonesian-Netherlands Cooperation in Islamic Studies (INIS), yang berlanjut menjadi The Indonesian Young Leaders Programme: Muslim Intellectuals as Agents of Change. "Tidak kurang dari 80 magister dan 30 doktor dihasilkan dari program tersebut, ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com