Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pelajaran Bahasa Berubah Arah

Kompas.com - 16/02/2013, 03:20 WIB

Jakarta, Kompas - Pelajaran Bahasa Indonesia dalam Kurikulum 2013 berubah arah dengan paradigma bahasa sebagai sarana berpikir. Untuk itu, Kurikulum 2013 membelajarkan Bahasa Indonesia berbasis teks atau genre.

”Ini perbedaan yang sangat mendasar dari Kurikulum 2013. Bahasa Indonesia benar-benar dijadikan sarana pengembangan kemampuan berpikir siswa. Dari SD sampai SMA, kurikulum Bahasa Indonesia diajarkan dengan berbasis teks,” kata Mahsun, Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, di Jakarta, Jumat (15/2).

Menurut Mahsun, untuk menjadikan bahasa sebagai sarana berpikir, satuan makna, pikiran, gagasan, pesan, atau konsep secara utuh hanya ditemukan dalam teks yang berwujud teks tulis ataupun lisan.

Melalui cara itu, siswa dapat digiring untuk memodifikasi cara berpikir melalui pemindahan tugas dari satu jenis teks ke jenis teks lainnya. Artinya, dengan satu topik yang sama, siswa dapat dilatih berpikir melalui ekspresi berbagai jenis teks.

”Bahasa untuk mengomunikasikan bidang lain karena bahasa sebagai sarana komunikasi. Jangan dihalangi Bahasa Indonesia untuk menyampaikan materi lain,” kata Mahsun, yang juga Guru Besar Linguistik Universitas Mataram.

Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia berbasis teks seperti dalam Kurikulum 2013, kata Mahsun, ditetapkan genre dan jenis teks yang harus dikuasai siswa untuk tiap jenjang pendidikan. Ada indikator-indikator berbahasa yang ditetapkan, seperti struktur dan ciri bahasa, kalimat yang digunakan, termasuk juga kesusastraan.

Satu kesatuan

Terkait pengintegrasian kompetensi dasar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) ataupun Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) ke dalam Bahasa Indonesia, kata Mahsun, materi pelajaran harus merupakan satu kesatuan. Artinya, belajar Bahasa Indonesia sekaligus Belajar IPA dan IPS.

”Bukan sebaliknya, belajar IPA dan IPS untuk Belajar Bahasa Indonesia,” kata Mahsun.

Bahasa dalam hal ini digunakan untuk membangun kemampuan cara berpikir siswa. ”Selama ini, pembelajaran Bahasa Indonesia tidak dipakai untuk membentuk cara berpikir. Tak heran, jika kita lemah dalam membaca maupun menulis,” kata Mahsun.

Badan Bahasa, ujar Mahsun, ditugasi menyiapkan 40 buku teks dan pegangan guru dari jenjang SD hingga SMA. Di jenjang SMA, ada buku wajib dan peminatan. ”Dalam pembuatan buku tematik integratif untuk SD, misalnya, ada sejumlah ahli mata pelajaran sesuai tema. Untuk bahasanya, ada ahli teks yang memang masih terbatas jumlahnya,” kata Mahsun.

Kesuksesan perubahan paradigma pembelajaran bahasa sebagai sarana berpikir, kata Mahsun, bergantung pada buku yang spiritnya sesuai kurikulum serta guru yang menguasai spirit buku dan kurikulum. ”Pelatihan guru memang jadi kunci utama,” kata Mahsun.

Ketua Umum Asosiasi Pendidik Bahasa dan Sastra Indonesia Saifur Rohman mengatakan, dalam Kurikulum 2013, Bahasa Indonesia hanya dijadikan alat untuk menyampaikan materi pelajaran lain. Ada kekhawatiran bahasa dan sastra Indonesia tidak lagi membangun nilai-nilai kebangsaan, identitas, kebahasaan, dan aspek-aspek lain yang terkait dengan kecerdasan linguistik seorang siswa. (ELN)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com