Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kala Dirut Ancol Jadi Guru SD

Kompas.com - 20/02/2013, 12:14 WIB
Alsadad Rudi

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Apa jadinya bila seorang direktur sebuah perusahaan yang biasanya menjadi pimpinan karyawan dan sibuk mengikuti rapat di ruangan berpendingin udara tiba-tiba muncul di sebuah sekolah dasar? Di sekolah dasar yang terletak di permukiman padat penduduk itu sang direktur akan menjadi seorang guru yang mengajar anak-anak yang masih belia.

Itulah pemandangan di SDN Pademangan Barat 01 Pagi, Jalan Ampera III RT 04 RW 09 Jakarta Utara pada Rabu (20/2/2013) saat Direktur Utama PT Taman Impian Jaya Ancol, Budi Karya, menjadi tenaga sukarelawan pengajar dalam Gerakan Indonesia Mengajar.

Berdasarkan pengamatan Kompas.com, Budi banyak mengajak anak-anak tentang pentingnya belajar yang giat agar dapat meraih cita-cita setinggi mungkin.

"Bapak Arsitek, Arsitek pekerjaannya itu seperti membangun sekolah, membangun rumah. Ada yang mau jadi Arsitek juga tidak seperti bapak? Kalau mau jadi Arsitek harus rajin belajar, patuh juga pada Guru," kata Budi pada anak-anak tersebut.

Selain itu Budi juga menekankan pentingnya menjaga nilai-nilai kebangsaan. "Kita tidak boleh mengatakan aku anak Jakarta, aku orang Jawa, saya Palembang tetapi harus mengatakan aku orang Indonesia," ujarnya.

Saat ditemui seusai kegiatan tersebut Budi Karya mengatakan, pengalaman mengajar merupakan sesuatu yang sangat menakjubkan bagi dirinya. Menurut dia, mengajar merupakan suatu pekerjaan yang tidak mudah dan dia merasa kemampuan yang dia miliki sangat jauh bila dibandingkan dengan guru-guru yang ada di sekolah tersebut.

"Suatu pengalaman yang luar biasa, ternyata mengajar bukan sesuatu pekerjaan yang gampang. Kita harus mempersiapkan diri, tahu mengatur mood, contentnya relevan sehingga proses pembelajaran menjadi menarik untuk anak-anak. Dalam hal ini saya merasa ada perbedaan kemampuan yang jauh dengan mereka (guru-guru) yang profesional," ujar Budi.

Dalam kesempatan tersebut, Budi mendapat sesi mengajar di dua kelas, yaitu di kelas 3A dan kelas 4B. Budi melakukan dua metode pendekatan mengajar yang berbeda di dua kelas tersebut. Di kelas 4B, dia melakukan pendekatan yang menekankan kedisiplinan. Sedangkan di kelas yang kedua (3A), anak-anak diajak belajar dalam suasana yang akomodatif.

"Saya memang mengobservasi. Di kelas pertama saya menerapkan ketegasan seperti tentara, seperti pokoknya harus duduk. Tapi saya melihat di mata mereka ada ketegangan. Sedangkan di kelas kedua, mereka lebih merasa dekat dengan saya tetapi risikonya ada yang memanfaatkannya untuk ngobrol dan main sendiri," tutur Budi.

Budi mengatakan, dia menaruh kekaguman pada Gerakan Indonesia Mengajar yang menurutnya mempunyai inisiatif yang luar biasa dalam usaha memajukan dunia pendidikan di Indonesia melalui cara yang berbeda. Indonesia Mengajar juga membuat dia makin sadar akan adanya ketimpangan yang besar di Indonesia, khususnya dalam dunia pendidikan.

"Saya sadar saat mengajar tadi, meskipun kita (Taman Impian Jaya Ancol dan SDN Pademangan Barat 01 Pagi) bertetangga, ternyata ada gap yang besar. Untuk itulah kalangan yang muda-muda, punya akses yang luas, sudah saatnya ikut turun ke bawah dan Gerakan Indonesia Mengajar ini menjadi role model bagi pentingnya memajukan dunia pendidikan," kata Budi.

Indonesia Mengajar merupakan sebuah lembaga nirlaba yang digagas oleh Anies Baswedan. Gerakan ini memulai kegiatan pada tahun 2009 untuk menjadi lebih dari sekadar program, tetapi sebagai gerakan untuk mengajak bersama masyarakat untuk ikut berperan aktif mencerdaskan kehidupan bangsa, yaitu dengan cara mengajar. Gerakan Indonesia Mengajar telah beberapa kali merekrut, melatih, dan mengirim generasi muda untuk mengabdi sebagai tenaga pengajar di sekolah dasar (SD) di daerah-daerah terpencil yang ada di berbagai penjuru Indonesia.

Berita terkait, baca :

Kelas Inspirasi Indonesia Mengajar

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com