Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jumlah SLB di Bawah Satu Persen

Kompas.com - 23/02/2013, 02:47 WIB

Depok, Kompas - Kesempatan anak berkebutuhan khusus atau penyandang disabilitas menyelesaikan pendidikan dasar hanya 63 persen dibandingkan anak normal. Kesempatan kian kecil pada jenjang pendidikan tinggi.

”Data 2005/2006, jumlah SLB hanya 1.312 sekolah dari 170.891 sekolah biasa. Di bawah 1 persen. Itu pun mayoritas di Jawa dan di ibu kota provinsi atau kabupaten saja,” kata Ketua Pusat Kajian Disabilitas Universitas Indonesia (UI) Irwanto pada seminar ”Investasi dalam Kemampuan: Identifikasi Kesenjangan dan Rekonstruksi Pelayanan Terpadu untuk Orang dengan Disabilitas di Indonesia” di Pusat Kajian Perlindungan Anak UI, Depok, Jumat (22/2).

Meski pemerintah menyelenggarakan pendidikan inklusif, praktiknya pendidikan inklusif cenderung dipaksakan. Banyak sekolah inklusif tanpa guru khusus pendamping anak berkebutuhan khusus. Selain itu, anak berkebutuhan khusus pun diberi ruang belajar khusus dan tidak berbaur dengan siswa lain. ”Seperti SLB, tetapi di sekolah umum,” ujar Irwanto.

Diskusi juga membahas stigma masyarakat, antara lain penyandang disabilitas perlu dikasihani, tidak bisa mandiri, selalu tergantung, tak produktif, membebani keluarga, masyarakat, dan negara. Akibatnya, penyandang disabilitas diperlakukan sebagai kelompok yang butuh bantuan.

Program/kebijakan pemerintah terkait penyandang disabilitas diharapkan membantu penyandang disabilitas untuk hidup mandiri dan partisipatif di komunitasnya.

Persoalannya, program/kebijakan pemerintah kerap dibuat tanpa melihat kebutuhan, tetapi didasarkan asumsi. Oleh karena itu, penyandang disabilitas harus mampu menyampaikan suaranya sendiri. ”Paradigmanya harus diubah dari disabilitas menjadi abilitas,” kata Irwanto.

Direktur Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Mudjito mengatakan, untuk membantu anak berkebutuhan khusus, tahun ini pemerintah memberi beasiswa Rp 84,3 miliar bagi anak berkebutuhan khusus di tingkat SD, SMP, SMA, dan SMA luar biasa. Pemerintah juga membangun 30 pusat pengembangan layanan autis dan keberbakatan khusus di kota-kota besar.

Hasil sensus penduduk 2010, dari 237 juta penduduk Indonesia, jumlah anak berkebutuhan khusus usia sekolah (5-18 tahun) ada 355.859 anak. Dari jumlah itu, 74,6 persen belum memperoleh layanan pendidikan. Jumlah SDLB dan SMP 516 sekolah. Adapun SD dan SMP swasta 2.113 sekolah. (LUK)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com