Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengajar Unika Soegijapranata Bersih-bersih Kampus

Kompas.com - 27/02/2013, 18:27 WIB
Amanda Putri Nugrahanti

Penulis

SEMARANG, KOMPAS.com - Rektor, dosen, dan seluruh karyawan Universitas Katolik Soegijapranata Semarang, Jawa Tengah, Rabu (27/2) bekerja membersihkan kampus, menggantikan peran para petugas kebersihan (cleaning service).

Pagi itu, sebanyak 400 karyawan Unika Soegijapranata Semarang melakukan bersih-bersih kampus, menggantikan peran 60 petugas kebersihan yang selama ini menjaga lingkungan kampus yang ada di lahan seluas 10 hektar itu tetap bersih.

Para karyawan, termasuk enam guru besar, ikut turun untuk bersih-bersih. Mereka dibagi dalam kelompok, membagi tugas dan membawa perlengkapan kebersihan untuk membersihkan tujuh gedung yang ada di kampus itu.

Sebaliknya, para petugas kebersihan, menjadi mandor mereka, dan akan menilai kinerja setiap kelompok. Kegiatan itu merupakan salah satu rangkaian dari refleksi karya Unika Soegijapranata yang diadakan secara rutin setiap tahun.

Kali ini, tema yang diangkat adalah Sekolah Hati Pijari Negeri. Kegiatan yang dipilih adalah bertukar peran dengan para petugas kebersihan, dengan tujuan untuk mengolah kepekaan hati.

"Luar biasa pekerjaan para cleaning service. Saya melihat mereka setiap hari bekerja dari pagi hingga sore tanpa berkeringat. Saya baru dua jam sudah basah semua," tutur sang rektor, Budi Widianarko, yang tengah membersihkan kaca jendela perpustakaan. Sebelum membersihkan kaca, dia bahkan membersihkan toilet.

"Selama ini kita kan  jarang sekali mengapresiasi kerja para petugas kebersihan. Kita taunya sudah bersih semua. Bahkan kalau kotor protes. Dengan kegiatan ini, kami dapat berempati dengan mereka," ujar Budi.

Salah satu petugas kebersihan, Tik Fakiro (44) yang biasanya bertugas di lantai 6 Fakultas Teknik Arsitektur, mengaku tidak menduga para pengajar dan karyawan melakukan tugasnya membersihkan lingkungan kampus. Dia bahkan menjadi mandor bagi tim yang melaksanakan tugas di "wilayah"nya.

Seorang akademisi, kata Budi, yang biasanya dapat mengomentari dan mengkritisi banyak hal, juga harus berbuat sesuatu. Lakukan sesuatu dari lingkungan yang paling dekat. Kalau bisa menyuruh orang membersihkan sesuatu, sudah selayaknya orang itu juga dapat melakukan hal yang sama, tidak hanya bicara.

"Selain itu, lingkungan akademisi juga harus membangun kultur yang egaliter. Karena itu, diperlukan kerendahan hati. Seorang akademisi tidak bisa bersikap angkuh, karena jika demikian tidak akan terjadi transfer ilmu kepada orang lain," kata Budi.

Untuk itu, semua harus dimulai dari para pengajar dan pendidik. Jika para pengajar dapat memberi contoh yang baik, mahasiswa dengan sendirinya akan mengikuti, dan kebaikan itu lama kelamaan akan menjadi budaya di lingkungan tersebut. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com