Sebelumnya dalam Kongres I mahasiswa penerima Beasiswa Bidikmisi Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN) di Malang terungkap, beasiswa yang mereka terima sering terlambat cair. Khusus untuk penerima beasiswa 2012, mereka hanya menerima Rp 4,65 juta dari seharusnya Rp 6 juta.
Kepala Pusat Informasi dan Humas Kementerian Agama Zubaidi menjelaskan, di Jakarta, Selasa (19/3), kelambatan itu karena proses anggaran. Tahun 2012, Kemenag menetapkan 2.100 mahasiswa penerima Beasiswa Pendidikan bagi Mahasiswa Berprestasi (Bidikmisi) dari 32 PTAIN. Anggarannya diupayakan melalui APBN-P 2012.
”Namun, proses penganggaran pada APBN-P 2012 tidak berhasil,” kata Zubaidi. Akibatnya, dilakukan revisi anggaran secara terbatas sehingga 2.100 mahasiswa baru menerima beasiswa Rp 4.650.000 dari seharusnya
Fadli, Sekjen Lingkar Bidikmisi (Lingdiksi) PTAIN se-Nusantara, mengatakan, alasan kelambatan dan kekurangan beasiswa seharusnya bisa disampaikan secara terbuka kepada pimpinan perguruan tinggi.
Secara terpisah, Selasa kemarin, Mendikbud Mohammad Nuh menandatangani nota kesepahaman dengan Chaerul Tanjung, pendiri Chaerul Tanjung Foundation. Dalam nota kesepahaman itu, SMA Unggulan Chaerul Tanjung Foundation yang mendidik siswa miskin berprestasi di jenjang SMA, menyediakan calon penerima beasiswa Bidikmisi agar pendidikan mereka tidak terhenti.
Chaerul Tanjung mengatakan, tahap pertama SMA Unggulan itu dibangun di Medan dan akan dikembangkan di daerah lain. Kerja sama juga dijalin dengan 16 perguruan tinggi negeri.