Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Guru dan Orangtua Belum Harmonis

Kompas.com - 26/03/2013, 19:50 WIB
Ester Lince Napitupulu

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Pendidikan anak di sekolah masih terkendala belum adanya hubungan yang harmonis antara guru dan orangtua. Dukungan orangtua dirasakan masih kurang untuk membantu sekolah menyukseskan pendidikan anak.

Sikap serba salah pun berkembang di kalangan guru yang kurang berani lagi bersikap tegas pada siswa karena khawatir terhadap intervensi orangtua. Sebaliknya, orangtua menuntut tinggi terhadap sekolah, tetapi kurang memberikan dukungan yang sama di rumah supaya hasil pendidikan anak di sekolah bisa optimal.

Persoalan tersebut mengemuka dalam seminar Mindfull Parenting yang membahas peran orangtua di sekolah di Jakarta, Selasa (26/3/2013). Acara yang dihadiri puluhan guru dan kepala sekolah di daerah Jakarta dan sekitarnya itu dilaksanakan majalah anak Creativity in Action dan Menata Keluarga (eMKa) Manajemen.

Melly Kiong, praktisi pendidikan keluarga sekaligus pendiri komunitas eMKa mengatakan, orangtua harus disadarkan bahwa pendidikan bukan semata-mata menjadi tugas guru dan sekolah. "Sekarang ini kita perlu kembali menguatkan pendidikan rumah. Kita harus bantu supaya orangtua juga bisa kreatif mendidik anak di rumah," kata Melly.

Menurut Melly, dari pengamatannya, peran guru juga mulai dikebiri orangtua. Sebab, orangtua sering kali tidak bisa sejalan dalam mendidik anak. Akibatnya anak jadi kebingungan karena mendapatkan pendidikan yang baik di sekolah, tetapi tidak mendapat pendidikan serupa di rumah atau keluarga. Orangtua menilai, guru saat ini kurang kreatif, kurang peduli, tidak mengajar dengan hati, tidak memberi teladan, galak, atau tidak komunikatif. Sebaliknya, guru menilai orangtua siswa saat ini protektif terhadap anak, sibuk bekerja, mendikte sekolah, menuntut lebih, dan cuek.

"Dalam situasi pendidikan sekarang ini, kita perlu menjembatani hubungan orangtua dan sekolah. Untuk itu, guru harus mau berubah untuk berempati ke orangtua, demikian juga sebaliknya. Dengan hubungan sekolah dan orangtua yang harmonis, siswalah yang akan merasakan dampaknya untuk pembentukan karakter yang baik dan pengembangan diri yang sesuai potensinya," ujar Melly yang rutin berbagi tulisan soal pola asuh berkesadaran lewat www.emkaland.blogspot.com.

Guru yang memiliki peran sebagai pendidik sekaligus orangtua kedua anak di sekolah. Guru perlu berempati bahwa banyak orangtua yang tidak mengerti menjalankan pola asuh yang baik dalam pendidikan di rumah. "Karena itu, sekolah dan guru perlu berempati lebih pada siswa dan orangtua. Selain itu, perlu dibangun kegiatan bersama yang memberikan pemahaman yang benar soal pengasuhan orangtua yang baik, seperti dalam Mindfull Parenting atau pengasuhan orangtua yang berkesadaran," kata Melly.  

Marni, guru di salah satu SD swasta di Jakarta, mengatakan, sekolah berusaha untuk bisa konsisten dengan aturan yang ada untuk semua anak. Namun, sering kali ada saja orangtua yang tidak mau mengikuti aturan yang sudah disepakati bersama.

Soleha, guru lainnya, mengatakan, dalam menghadapi anak yang perilakunya bermasalah di sekolah, orangtua sering kali tidak bisa kooperatif, justru menyalahkan sekolah. Berkomunikasi dengan orangtua seringkali terkendala karena tidak adanya keterbukaan terhadap kondisi di keluarga atau lingkungan yang menyebabkan anak berperilaku negatif.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com