Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Bulan Pertamaku Kuliah di MIT

Kompas.com - 28/03/2013, 15:31 WIB

KOMPAS.com — Harvard dan Massachusetts Institute of Technology (MIT) memang menjadi impian banyak anak pintar di seluruh dunia, tak terkecuali di Indonesia. Namun, siapa bilang perguruan tinggi tersohor di dunia itu terlalu tinggi untuk dicapai putra putri Indonesia?

Tak ada yang mustahil, tetapi hanya mereka yang mau bekerja keras saja yang tentu memiliki kesempatan mengecap pendidikan di sana, salah satunya Kevin Soedyatmiko. Melalui Indonesia Mengglobal, Kevin berbagi pengalaman 5 bulan pertamanya di MIT.

Kevin mulai berkuliah di MIT sejak tahun 2011. Dia mengenyam studi S-1 di jurusan Management Science and Economics. Saat ini, Kevin juga menjadi asisten peneliti di MIT.

Tulisan ini memang di-posting pada 20 Maret 2012 lalu, tetapi tetap memberikan wawasan yang luas tentang dinamika pendidikan di MIT. Siapa yang berminat ke MIT? Silakan petik pelajaran dari tulisan ini.

Anda juga bisa seperti Kevin!


"Belajar di MIT"
 
Hi guys!

Let me welcome you to IndonesiaMengglobal.com. Sebuah website yang dibuat khusus buat kamu yang tertarik belajar ke luar negeri, khususnya di Amerika. And thanks to Indonesia Mengglobal admin yang sudah memberi kesempatan buat saya menulis di sini.

Well, enough for the introduction. Pada post kali ini, saya akan berbagi pengalaman 5 bulan pertama saya di MIT. 5 bulan? Yup, di sini satu semester kuliah itu sekitar 4 bulan di kalender. Jadi dalam setaon hanya ada 2 x 4 bulan kuliah = 8 bulan. Let me start…

Academics in MIT

People work really hard here. Beberapa teman mengaku hanya menyempatkan diri untuk tidur kurang dari 5 jam per hari. Everyone (or at least most of the students) strive gila – gilaan untuk mendapatkan hasil yang terbaik. Nah ini sebenernya hal yang bagus, tapi di satu sisi yang lain, mahasiswa jadi semacam kiasu, atau egois, atau pelit ilmu satu sama lain.

So, solusinya? MIT sangat cerdik dalam memberikan solusi. And it is the PROBLEM SET (atau dengan kata lain PR). Really? Why? Ya, problem set menjadi satu–satunya cara agar siswa mau berkolaborasi. Problem Set di sini relatively super hard. Biasanya di minggu ke-1 dan ke-2, problem set dapat diselesaikan dalam waktu kurang dari 2 jam. Tapi TIDAK untuk minggu – minggu berikutnya.

Terus, kalo problem set itu super hard, gimana selesaiinnya? Di sini muncul yang namanya kolaborasi antar mahasiswa dan diskusi antara mahasiswa dengan TA (Teaching Assistant atau semacam asdos). You can know lots of new people with this strategy. Biasanya, saya akan merasa puas bila telah menyelesaikannya problem set dengan banyak diskusi. Dan secara ‘magic’, hal itu membuat saya SANGAT mengerti topik pembelajaran yang dibahas di kelas. Dan yang satu ini juga penting, di sini dosennya murah nilai. Mendapatkan nilai A di dalam sebuah kelas, (menurut saya) lebih mudah daripada mendapatkan nilai A di NTU atau NUS. Sekitar 25 – 35 % dari satu kelas akan mendapatkan A. Dan ini juga semakin memacu para mahasiswa mau untuk share “ilmu” satu sama lain, atau dengan kata lain, berkolaborasi.

UROP (Undergraduate Research Opportunity Program)

Research selama undergraduate adalah salah satu hal yang saat ini mulai banyak digencarkan. Terutama buat mereka yang ingin melanjutkan ke PhD program, hal ini merupakan salah satu dari hal terpenting.

Kenapa penting?

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com