Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Merawat Kearifan BATIK DAN IKAT

Kompas.com - 07/04/2013, 05:24 WIB

Oleh Nur Hidayati

Batik dan tenun diharapkan membawa cerita kejayaan Indonesia hingga ke pentas mode dunia. Namun, mereka harus menjadi tuan dahulu di negeri sendiri. Iwan Tirta Private Collection dan Ikat Indonesia by Didiet Maulana merintis jalan menuju ke sana. 

Plaza Indonesia Fashion Week 2013 yang berlangsung pada 20-27 Maret 2013 kembali menampilkan koleksi terbaru label-label ternama. Di antara pergelaran sejumlah label internasional, dua label Indonesia, yakni Iwan Tirta Private Collection dan Ikat Indonesia by Didiet Maulana, mencuri perhatian.

Meski ”Sang Maestro Batik” Iwan Tirta sudah berpulang, karyanya tetap hidup dan berkembang. Dalam koleksi ”Royal Wisdom” yang ditampilkan di Plaza Indonesia, motif klasik modang yang pernah diperkenalkan Iwan Tirta pada tahun 1980-an kembali disuguhkan.

Ciri Iwan Tirta yang dikenal dengan motif-motif besar tetap dipertahankan. Motif modang yang mirip lidah api atau kadang seperti bentuk keris itu tampil memikat saat disajikan di atas bahan satin warna gelap, baik dalam potongan gaun cocktail pendek maupun gaun malam. Selain modang yang tampil dominan, motif parang barong juga disuguhkan antara lain sebagai blazer panjang. Kawung, gurdo, dan buketan menjadi variasi motif yang apik.

Direktur Kreatif Iwan Tirta Private Collection Era Soekamto menjelaskan, membawa nama besar Iwan Tirta membuat ia belajar sangat banyak. Sejak tahun 1960-an, Iwan Tirta telah mendokumentasikan 10.000 motif batik—belum sampai 500 motif yang didigitalisasi. Batik bukan sekadar tren atau komoditas, melainkan komunikasi visual tentang filosofi dan nilai budaya. Karena itu, Era mengingatkan pentingnya memahami makna yang tergambar pada sehelai batik.

Motif modang, misalnya, merupakan gambaran energi dalam konteks relasi manusia dan Tuhan. Dalam tingkat tertinggi, energi merupakan kepasrahan yang penuh. Era mengatakan, ia ingin meneruskan semangat Iwan Tirta mempromosikan tampilan modern dengan tetap berpegang kuat pada pakem.

”Saya ingin brand Iwan Tirta punya internasional look, tetapi membawa cerita tentang kejayaan Indonesia, tentang karya para pendahulu kita yang sarat makna dan kekayaan budaya,” ujarnya.

Pada ”Royal Wisdom”, koleksi batik Iwan Tirta juga mengangkat lagi keindahan prada yang sudah banyak ditinggalkan. Kini detail payet dan manik-manik lebih banyak diminati. Namun, Era meyakini, prada sebenarnya sejalan dengan tren dunia saat ini yang mengesankan kemewahan dari olahan material kain itu sendiri. Untuk membuat batik dengan motif modang dan teknik prada diperlukan 17 kali proses yang memakan waktu pengerjaan setidaknya tiga bulan.

Dijelaskan Era, saat ini segmen pasar batik Iwan Tirta memang di kalangan usia 35 tahun ke atas. Karena itu, upaya membidik generasi yang lebih muda akan dilakukan dengan menyiapkan line kedua dari label ini. Saat ini Iwan Tirta Private Collection memiliki 9 galeri dan mengelola 500 perajin. ”Target kami lima tahun ke depan go international, sekarang menguatkan kaki dulu di Indonesia,” ujarnya.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com