Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Studi S-2 Terapan, Kenapa Tidak?

Kompas.com - 17/05/2013, 13:33 WIB

SURABAYA, KOMPAS.com - Sejak tahun akademik 2013, Indonesia memiliki program S-2 atau magister terapan. Program ini pun menjadi alternatif pilihan studi pascasarjana.

Tujuannya, untuk menyiapkan tenaga terampil sekaligus memenuhi kebutuhan dosen politeknik yang minimal harus berpendidikan S-2 terapan. Saat ini, ada lima politeknik di seluruh Indonesia yang sudah membuka program S-2 Terapan ini.

Politeknik Elektro Negeri Surabaya yang akan fokus membuka magister terapan di bidang elektronika dan teknologi informasi, sementara Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya untuk magister bidang perkapalan. Politeknik Manufaktur Bandung menyiapkan magister di bidang permesinan, sedangkan Politeknik Bandung untuk bidang teknik, seperti teknik sipil, kimia, dan lainnya. Program magister di bidang pertanian disiapkan di Politeknik Negeri Malang dan Politeknik Negeri Jember.

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya membuka program pendidikan S-2 terapan pertama di Indonesia berdasarkan peluang yang dibuka pemerintah melalui UU 12/2012 tentang Pendidikan Tinggi.
     
"Begitu Mendikbud membuka peluang (S-2 terapan) itu pada Oktober lalu, kami langsung membuka pada November lalu, karena kami sudah lama menyiapkan dosen dan laboratorium. Jadi, kami yang pertama membuka S-2 Terapan," kata Koordinator Pascasarjana Terapan PENS Ali Ridho Barakbah PhD di Surabaya, Kamis (16/5/2013).
     
Di sela-sela peluncuran Pascasarjana Terapan PENS bersamaan turunnya SK Mendikbud dan pisah kenal manajemen PENS di kampus setempat, dia menjelaskan S2 terapan yang dibuka adalah Teknik Elektro serta Teknik Informatika dan Komputer.
     
"Sejak dibuka pada November 2012 ada 10 mahasiswa yang masuk dan sekarang sudah hampir semester dua. Target kami sebenarnya 40 mahasiswa untuk dua jurusan itu, namun waktu pendaftarannya mepet sehingga hanya 10 mahasiswa yang mengawali," katanya.
     
Ke-10 mahasiswa S-2 terapan itu terdiri dari tujuh mahasiswa S-2 Teknik Elektro dan hanya tiga mahasiswa S-2 Teknik Informatika dan Komputer. "Ada enam dosen PENS yang melanjutkan studi dan sisanya dari Poltek Astra, Unair, Poltek Surabaya, dan mahasiswa S1 PENS," katanya.
     
Bedanya, selain S-2 Terapan lebih banyak praktik, katanya, riset dalam S-2 Terapan juga harus berbentuk produk yang bernilai inovasi. "Untuk mempercepat studi, mahasiswa S-2 terapan sudah dibimbing tesis sejak pertama, sehingga proposal tesis tidak akan molor," katanya.
    
Selain itu, S-2 Terapan itu lebih berorientasi kepada praktik dan berbasis laboratorium. "Karena itu, mahasiswa S2 terapan itu kuliah, laboratorium, kuliah, laboratorium, dan seterusnya, karena dosen pembimbing teori dan laboratorium juga ada, sehingga tidak bisa langsung pulang," katanya.
     
Tentang biaya per semester, ia mengatakan biaya per semester mencapai Rp 7,5 juta dan biaya masuk yang dibayar sekali saat masuk sebesar Rp 1,1 juta. "Tidak ada biaya lain-lain di luar biaya per semester dan biaya masuk itu, tapi kami juga menyiapkan beasiswa unggulan," katanya.
     
Ia menambahkan S-2 Terapan itu cocok untuk dosen dan juga guru SMK yang menempuh S1 di bidang umum, lalu ingin melanjutkan ke studi terapan.

"Kami tidak mempermasalahkan mahasiswa darimana saja, asalkan jurusan yang ditempuh bersifat linier," katanya.
     
Dalam pisah kenal manajemen PENS, Direktur PENS yang lama Ir Dadet Pramadihanto M.Eng PhD mengaku cukup puas dan bangga dengan hasil mahasiswa PENS selama ini.
     
"Karena dalam kurun waktu empat tahun selama masa kepengurusan saya, tingkat mahasiswa DO menurun dan PENS juga semakin melebarkan sayapnya bersaing dengan universitas dan politeknik lainnya di Indonesia. Cukup mengesankan bagi saya, karena apa saja yang saya targetkan selama saya menjabat sudah terpenuhi," ujarnya.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com