Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Belajar Peduli pada Negara Lain Lewat Diskusi

Kompas.com - 26/05/2013, 20:26 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Menjadi mahasiswa yang mampu bersaing tidak hanya di forum tingkat nasional tapi juga internasional merupakan harapan setiap orang. Melalui diskusi dalam forum-forum di tingkat internasional, anak-anak muda saling bertukar informasi dan belajar peduli pada kondisi negara lain. I Gede Pandu Wirawan mengalaminya.

Setelah sukses menjejakkan kaki di Negeri Paman Sam tahun lalu, mahasiswa program studi Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Nasional ini memiliki kesempatan berkiprah di tingkat internasional melalui ajang 5th Global Forum United Nation Alliance of Civilization (UNAOC) di Vienna, Austria, 25-28 Februari lalu. Pandu bersama 149 pemuda lain dari berbagai negara di dunia berkumpul untuk membahas tiga isu besar dalam konteks kebebasan beragama di dunia, yaitu religious pluralism, media pluralism, serta migration, integration and mobility in the global economy.

"Kami dibagi menjadi beberapa kelompok sesuai dengan pilihan pada bidang masing-masing saat registrasi awal. Setelah berdikusi panjang lebar, finalnya adalah pembuatan beberapa poin rekomendasi untuk United Nation Alliance of Civilization (UNAOC) yang akan dibacakan dihadapan Sekretariat Jenderal PBB, Ban Ki-Moon keesokan harinya," papar Pandu saat ditemui Kamis (7/3).

Sebelum merumuskan rekomendasi, Pandu beserta delegasi lain dalam kelompoknya yang berasal dari Amerika, Nigeria, India, Austria, dan Afghanistan ini berdiskusi tentang permasalahan-permasalahan tentang kebebasan beragama di negara masing-masing, seperti kekerasan berbasis agama, diskriminasi dan pembatasan-pembatasan dalam lingkup beragama.

"Kita juga membahas definisi agama dan keyakinan dari tiap-tiap negara, jika dilihat memang ada beberapa negara yang memiliki kesamaan kondisinya dengan Indonesia, salah satunya adalah tentang kekerasan yang mengatasnamakan agama," imbuh mahasiswa yang baru saja menyelesaikan studi S-1 Hubungan Internasional Unas itu.

Tidak hanya Indonesia, Pandu pun mendapat berbagai informasi menarik seputar kondisi di negara lainnya. Contohnya saja di Jerman yang membatasi penggunaan simbol-simbol agama pada fasilitas-fasilitas publik, seperti sekolah, kampus, dan lainnya.

"Saat diskusi berlangsung, delegasi negara Myanmar juga mengkonfirmasi tentang kasus Rohingya yang sebenarnya tidak serumit yang diberitakan di media," pungkas Pandu.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com