Hal ini disampaikan Ketua Forum Telematika KTI Hidayat Nahwi Rasul dalam diskusi bertajuk "Peran Media Sosial dalam Meningkatkan Kualitas Demokrasi Indonesia" di Jakarta, Selasa (12/11/2013). Untuk mengatasi masalah tersebut, Hidayat berpendapat, harus ada agen-agen pembaruan yang yang dapat memproduksi konten-konten produktif di media sosial.
"Ini sebenarnya hanya masalah aksi reaksi saja. Karena di media sosial kita sejak awal banyak konten yang tidak produktif, maka akhirnya semuanya jadi ikut-ikutan tidak produktif juga," kata Hidayat.
Menurutnya, pemerintah melalui bidang pendidikan juga harus ikut bekerja mengatasi masalah ini. Pendidikan, ujar dia, selama ini hanya mengajarkan anak didiknya untuk menggunakan teknologi ICT, tapi tidak memproduksi sehingga pada akhirnya pengguna internet hanya menjadi masyarakat konsumtif.
"Harusnya anak sekolah itu diajarkan menggunakan teknologi ICT, dengan produktif. Misalnya mereka bisa diajarkan membuat blog. Mem-posting sesuatu yang informatif dan bermanfaat di sana," ujar dia.
Jika media sosial sudah berhasil digunakan secara produktif oleh masyarakat, lanjutnya, maka hasilnya akan sangat bermanfaat, tidak hanya bagi media sosial itu sendiri, tetapi juga bagi masyarakat. Misalnya, ujar dia, media sosial nantinya bisa dijadikan ajang berdemokrasi dengan adanya ajang saling tukar informasi yang bersifat positif.
"Bahkan media sosial nantinya bisa menjadi alternatif untuk menggantikan media-media mainstream yang saat ini sudah dikuasai oleh para politisi," pungkas Hidayat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.