Namun demikian, bukan perkara maupun kedua pelaku pembunuhan Ahmad Imam Al Hafitd alias Hafiz dan Assyifa Ramadhani Sulaiman alias Syifa yang tega membunuh rekan sebayanya hanya karena alasan sepele. Kasus yang menjadi pembicaraan banyak kalangan itu makin mengemuka lantaran sikap terkesan berlawanan arah dari kelaziman kedua orang tua Ade Sara, Suroto dan Elizabeth Diana. Bukannya mengecam penuh amarah dan dendam, kedua orang tua itu justru memaafkan kedua pelaku.
Karuan saja, sikap yang amat langka seperti itu menuai banyak pujian. Mari menyimak catatan salah seorang penulis di laman Kompasiana, Tri Hatmoko. Sikap memaafkan, dalam pandangan Tri Hatmoko adalah jalan sepi. Artinya, boleh jadi, tak banyak orang yang berani mengambil jalan seperti itu.
Tri Hatmoko mengatakan juga dalam tulisannya kalau jalan sepi itu ternyata berujung terang. Jalan iman akan kehidupan kekal.
Sejatinya, tayangan berdurasi sekitar 15 detik itu berisi potongan video pemakaman Ade Sara. Selain acara tabur bunga, ada juga video saat peti jenazah dimasukkan ke liang kubur. Lagu "Saat Terakhir" dari grup band ST12 menjadi ilustrasi.
Tak hanya itu, pada video itu, ada pula potongan testimoni dari Elizabeth Diana. "Mengampuni pelaku. Ketika saya melakukan hal itu, ada keikhlasan yang saya rasakan,"begitu kata Elisabeth.
Saat menyaksikan video itu, memang ada berbagai rasa berkecamuk. Arswendo mengaku kalau dirinya tidak bisa menerima alasan pembunuhan. "Makanya, saya menulis di kolom saya dengan marah-marah," aku pria berambut gondrong itu.
Sama seperti Arswendo, Irwan Hidayat yang makin penasaran dengan pernyataan kedua orang tua almarhumah Ade Sara itu malahan memberanikan diri datang ke rumah duka di bilangan Jalan Layur, Rawamangun, Jakarta Timur. "Saya ingin berfoto dengan mereka yang bisa memaafkan,"tutur Irwan sembari menambahkan kalau ide membuat iklan layanan masyarakat itu justru datang dari para jurnalis yang kebetulan berjumpa dengannya di rumah duka tersebut.
Irwan mengaku, keheranannya makin bertambah. Soalnya, dalam pengamatannya, ada 20 kasus pembunuhan yang terjadi selang setahun ke belakang. "Tapi, hanya satu kasus yang korbannya memaafkan pelaku. Ya kasus Ade Sara ini," katanya lagi.
Berangkat dari rasa itulah, Irwan mengaku ikut tertular berpikir positif. "Saya membuat iklan ini untuk melanjutkan ingatan masyarakat tentang nilai terbaik kalau nanti berita tentang Ade Sara hilang di media massa," aku Irwan.
Secara tegas pula, Irwan mengatakan kalau Suroto dan Elizabeth Diana tidak ingin mendapat bayaran dari iklan layanan masyarakat tersebut. "Sebetulnya, saya enggak kuat untuk melihat. Tapi, bukan berarti saya enggak mau melihat. Karena, kenangan itu pasti akan ada di dalam pikiran saya seumur hidup saya. Tapi, saya setuju iklan ini ditayangkan," demikian Elizabeth Diana menyampaikan pesannya.
Hingga Kompas.com mengunggah tulisan ini, iklan layanan masyarakat bertajuk "memaafkan" itu memang belum tayang di media massa. Walau, lebih banyak kata "setuju" ketimbang "tak setuju" saat diskusi rampung, malam itu.