Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Presiden: Jumlah Anak yang Masuk Pendidikan Tinggi Naik Dua Kali Lipat

Kompas.com - 21/08/2014, 10:51 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com - Jumlah anak yang masuk perguruan tinggi terus meningkat secara drastis. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyebutkan, pada 2004, setelah hampir 60 tahun Indonesia merdeka, jumlah anak usia 19-23 tahun yang masuk ke perguruan tinggi hanya 14 dari 100 anak. Kini, jumlahnya mencapai 30 dari 100 anak.

Demikian Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada Pidato Kenegaraan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam rangka HUT Ke-69 Proklamasi Kemerdekaan RI Tahun 2014 pada sidang bersama DPR RI dan DPD RI di Ruang Rapat Paripurna Gedung Nusantara MPR/DPR/DPD RI, Jumat (15/8/2014) lalu. Presiden mengatakan, jumlah anak yang bisa mengakses pendidikan tinggi terus meningkat secara drastis, yaitu dua kali lipat dari sepuluh tahun sebelumnya.

Presiden SBY mengatakan, hal ini tentu sangat berdampak pada pengembangan sumber daya manusia baik masa kini maupun masa datang.

"Inilah modal dasar kita, insan-insan Indonesia yang cerdas, berilmu dan mempunyai keterampilan," katanya.

Pada pidatonya, Presiden juga menyampaikan, untuk meningkatkan pemerataan akses dan kualitas pendidikan pemerintah juga melaksanakan program afirmasi. Presiden mengatakan, lulusan-lulusan sekolah menengah yang tinggal di wilayah timur Indonesia seperti Papua dan Papua Barat dan daerah perbatasan mendapatkan kesempatan untuk menempuh pendidikan di perguruan tinggi terbaik di Indonesia.

"Saya dapat katakan bahwa pemandangan yang paling indah di Indonesia bukan hanya gunung yang tinggi, hutan yang lebat, dan laut yang biru. Pemandangan yang paling indah adalah anak-anak kita yang setiap pagi berjalan ke sekolah dengan seragam yang bersih dan penuh ceria," ujarnya.

Presiden mengingatkan, semua mempunyai kewajiban agar anak-anak dapat belajar dalam sarana sekolah yang nyaman, bersih, dan sehat. Karena itulah, pemerintah terus membangun sekolah baru dan ruang kelas baru, serta merehabilitasi ruang kelas yang sudah rusak.

"Sejak tahun 2010 melalui program gerakan nasional rehabilitasi gedung sekolah telah diperbaiki hampir 300 ribu ruang kelas di seluruh Indonesia," katanya.

Presiden mengungkapkan, satu tantangan utama lapangan kerja adalah sekitar 49% pekerja masih berpendidikan SD. Hal ini, kata Presiden, membuat mobilitas ekonomi mereka menjadi sangat terbatas dan berdampak panjang pada produktivitas nasional.

"Karena itu saya gembira dapat mengakhiri masa jabatan saya dengan berjalannya program pendidikan menengah universal (PMU) sejak tahun 2012," katanya.

Presiden berharap, generasi anak-anak akan hidup dalam sistem pendidikan di mana paling sedikit mereka akan mengenyam bukan 6 atau 9 tahun, tetapi 12 tahun pendidikan. Esensinya, kata Presiden, adalah telah mengubah dan menaikan program wajib belajar 9 tahun menjadi wajib belajar 12 tahun.

"Maka kita dorong terus agar mereka bisa menikmati sampai perguruan tinggi," katanya.

(NADIA/ADRIE/NURUL)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com