Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pegiat PAUD untuk Keluarga Miskin Raih Penghargaan dari Pemerintah

Kompas.com - 16/10/2014, 05:31 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Elisa Kasali, penggerak PAUD Kutilang, meraih Anugerah Peduli Pendidikan oleh Mendikbud, Moh Nuh semalam, Rabu (15/10/2014).

Ia dianggap berjasa oleh pemerintah dalam memperjuangkan akses belajar bagi anak-anak kurang mampu untuk mendapatkan pendidikan dasar cuma-cuma berkualitas internasional. Selama ini, Elisa cukup aktif menjalankan aktivitas di dunia pendidikan, di samping mendampingi suaminya, Rhenald Kasali.

Dia berjasa, karena setiap tahun 80 anak diberi pendidikan dengan 12 orang guru, 2 orang petugas rumah baca, dan beberapa orang tenaga lainnya. Kualitas sekolah disejajarkan sepertiyang ada di Amerika Serikat. Untuk menjalankan program tersebut, Elisa mengaku bukan dari donasi, tetapi dari uang belanja keluarga.

Jadi berbeda dengan kebanyakan PAUD dan TK lainnya, di PAUD Kutilang tidak tersedia papan tulis. "Studi-studi terbaru dalam child development menemukan pendekatan kogniif yang mengedepankan hafalan dan berhitung ternyata tak menjamin keberhasilan masa depan anak. Kami ingin memutus mata rantai kemiskinan yang terjadi turun temurun. Maka di sini orangtua pun kami bentuk kembali" ujar Elisa Kasali.

Pada PAUD tersebut juga diajarkan menghargai perbedaan. Guru harus bisa menerangkan mengapa temannya yang berbeda keyakinan berdoa dengan cara yang berbeda, dan peserta didik diajak menyelami apa makna perbedaan itu.

Awal mula Elisa Kasali mendirikan PAUD tersebut diawali dengan keprihatinan terhadap anak-anak kampung di Bekasi yang tak mendapatkan akses pendidikan TK yang memadai. Karena itu, dia bersama ibu-ibu pengurus Posyandu ia pemimpin gerakan sekolah, "blusukan" menyadarkan orangtua agar anaknya di sekolahkan.

Ubay, seorang warga di sekitar Jati Murni, Elisa Kasali mengabdi memberikan pengakuannya bahwa kehadiran PAUD Kepodang sangat membantu memberikan pendidikan bagi anak-anak yang berasal dari keluarga kurang mampu.

"Adalah biasa meyaksikan  sekolah gratis  bangunannya  kumuh dan kualitas pendidikannya gratisan.  Sebaliknya, ada harga ada rupa. Sekolah internasional  supermahal. Tetapi di sekolah ini, sudah gratis, bangunan dan kualitasnya tak kalah dengan sekolah internasional," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com