KOMPAS.com — Ada ketegasan yang tersirat dalam pernyataan Albert Koh, Konsultan Great Eastern Holdings. Bagi pria asal Singapura ini, syarat sarjana strata satu (S-1) dari perguruan tinggi belum layak untuk pekerjaan sebagai financial planning specialist (FPS) atau spesialis perencanaan keuangan di Great Eastern Life, perusahaan asuransi jiwa yang berafiliasi dengan Bank OCBC tersebut. "Sarjana fresh graduate tidak cukup untuk pekerjaan ini," tutur mantan anggota Angkatan Bersenjata Singapura (SAF) ini pada Senin (27/10/2014) di Jakarta.
Menurut Albert, sarjana S-1 tersebut mesti punya bekal minimal dua tahun di bidang keuangan. Bidang itu bisa meliputi perbankan maupun asuransi.
Lebih lanjut, Albert memaparkan, pekerjaan sebagai FPS kaya akan keterampilan-keterampilan tertentu. "Jadi, FPS bukan sekadar agen tradisional asuransi," imbuh pria yang sejak 2013 ini bertugas di Great Eastern Life Indonesia.
Empat
Sejatinya, ada empat kelebihan FPS ketimbang agen tradisional asuransi alias agen biasa. Pertama, FPS menerima program-program pelatihan ihwal perencanaan keuangan.
Berikutnya, FPS penuh dengan bekal kemampuan personal yang dilegalisasi melalui sertifikat profesional semisal chFC (chartered financial consultant), CFP (certified financial planner), dan RFP (registered financial planner).
Ketiga, FPS menawarkan konsultasi perencanaan keuangan profesional. Pada segmen ini, FPS menawarkan produk berdasarkan kebutuhan konsumen.
Keempat, FPS juga menawarkan program asuransi kesehatan sebagai nilai tambah bagi para konsumen. Program ini bertajuk "Life Great Programme".
Lebih lanjut, Albert menambahkan, pihaknya membidik persentase jumlah agen berkualifikasi FPS lebih banyak ketimbang agen biasa. Komposisinya mencapai 85 persen FPS dan 15 persen agen biasa. "Target itu hingga 2018," tutur pria berkacamata tersebut.
Dalam pandangan Albert, penetrasi industri asuransi di Indonesia yang baru menyentuh angka di kisaran empat persen adalah tantangan tersendiri. Pasalnya, 240 juta penduduk Indonesia adalah pasar potensial.