”Epistemologi Ki Ageng Suryomentaram dibahas di Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, awal pekan ini, untuk memberikan gambaran pentingnya reaktualisasi nilai kearifan lokal di tengah situasi bangsa seperti sekarang,” kata Ketua Persatuan Pedalangan Indonesia DKI Jakarta Sri Teddy Rusdy, Kamis (6/11), di Jakarta.
Ki Ageng Suryomentaram (1892-1962) merupakan salah seorang anak Sri Sultan Hamengku Buwono VII. Suryomentaram dikenal masyarakat Jawa sebagai tokoh pemikir lokal yang memberikan ilmu bahagia.
”Isi pengetahuannya antara lain agar setiap manusia mengenal diri sendiri. Kemudian mampu membedakan mana yang baik dan tidak baik,” kata Sri Teddy. Suryomentaram, menurut dia, berhasil memberikan revolusi jiwa. Tujuan akhirnya supaya setiap manusia menjalankan hidup dengan tepat.
Menurut Margaretha Selu Kushendrawati, pengajar filsafat pada Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, nilai esensial pengetahuan Suryomentaram untuk lebih mengenal diri ini seperti ajaran filsuf Plato. Suryomentaram membedakan diri ke dalam dua hal, yaitu jasad dan jiwa (aku) yang keduanya terpisah, bukan menyatu.
”Aku terbebas dari yang bukan aku. Aku adalah rasa yang tidak tergantung dari apa pun. Itu menurut Suryomentaram,” kata Kushendrawati. Suryomentaram banyak berceramah semasa hidupnya dan materi ceramahnya itu dibukukan. (NAW)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.