Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Catat... Indonesia Terima "Fund" Rp 38 Miliar Per Tahun dari Inggris!

Kompas.com - 20/11/2014, 14:56 WIB
Latief

Penulis

MEDAN, KOMPAS.com — Penelitian saat ini harus digerakkan secara internasional dan dapat menghubungkan berbagai pihak untuk mencapai skala yang diinginkan. Penerapan pengetahuan global dan gagasan-gagasan baru memungkinkan adanya peningkatan produktivitas di berbagai bidang, mulai dari pertanian, industri, kesehatan, hingga lainnya.

Demikian dipaparkan Director of Education British Council Indonesia Teresa Birks di sela Global Education Dialogues (GED): The East Asia Series 2014-2015, di Medan, Kamis (20/11/2014). Birks menambahkan, komitmen Presiden RI Joko Widodo untuk meningkatkan keunggulan penelitian merupakan berita baik dan perlu mendapat dukungan kerja sama penelitian internasional oleh perguruan-perguruan tinggi dan Pemerintah Indonesia.

Salah satu contoh dukungan itu, misalnya, melalui program Newton Fund, yaitu sebuah program pendanaan sebesar 375 juta poundsterling atau setara Rp 7,1 triliun lebih yang akan disalurkan ke 15 negara, termasuk Indonesia. Birks menuturkan, khusus untuk Indonesia, besarannya mencapai 2 juta poundsterling atau setara Rp 38 miliar per tahun untuk selama lima tahun.

"Funding itu diberikan selama lima tahun, dan mulai dilaksanakan tahun ini," ujar Birks.

Saat ini, pengeluaran di bidang riset di Indonesia terbilang rendah, yaitu sekitar 0,09 persen dari PDB. Salah satu upaya pemerintah mendorong hal itu adalah kemungkinan penggabungan Dikti dengan Kementerian Riset dan Teknologi. Di sisi lain, Presiden juga menyatakan akan meningkatkan dana penelitian tersebut, baik di perguruan tinggi maupun Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

Deputi Jasa Ilmiah LIPI Prof Bambang Subiyanto mengaku, rencana Presiden Jokowi tersebut harus didorong bersama-sama antara pihak perguruan tinggi dan peneliti, pengusaha, serta pemerintah, baik pusat maupun daerah. Salah satu caranya dengan mendukung pembentukan science park oleh setiap daerah di seluruh Indonesia.

"Itu yang nantinya kami sebut dengan inkubator teknologi lewat kerja sama peneliti atau dosen perguruan tinggi, pengusaha, dan pemerintah daerah. Teknologi yang dikembangkan perguruan tinggi itu kami sebut dengan 'bayi prematur' yang masih membutuhkan bimbingan, pendampingan hingga ke pemasaran dari kerja sama antara perguruan tinggi, pengusaha, dan pemda itu," ujar Bambang.

"Selama ini tak ada tempat bertemu antara peneliti dan pengusaha. Di science park itulah nantinya peneliti dan pengusaha bertemu dengan difasilitasi pemerintah daerah. Nantinya, yang terjadi itu adalah memanfaatkan sumber daya lokal atau daerah dan dikerjakan SDM daerah. Semua termanfaatkan," tambahnya.

Adapun Global Education Dialogues: The East Asia Series 2014-2015 digelar selama dua hari, sejak Kamis ini hingga Jumat (21/11/2014) di Medan, Sumatera Utara. Inisiatif tersebut diselenggarakan oleh British Council, bekerja sama dengan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Indonesia (Dikti), serta Forum Rektor untuk Kerjasama Internasional.

Dialog yang dihadiri perwakilan pemerintah, perguruan tinggi, serta peneliti dan pakar pendidikan Indonesia, Inggris, dan ASEAN itu akan memberikan kesempatan membahas pendanaan penelitian dan isu-isu lainnya yang diharapkan dapat menjadi acuan bagi proses pembuatan keputusan oleh susunan pemerintahan baru RI.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com