Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menjaga Kelestarian Alam dengan Kearifan

Kompas.com - 21/11/2014, 20:54 WIB


KOMPAS.com - Menjaga kelestarian alam dengan kearifan salah satunya dengan melibatkan secara bersama yakni pemerintah dan masyarakat. Catatan ini menjadi salah satu pesan program Rencana Aksi Perubahan Iklim (RAPI) pada Lokakarya Nasional Pembelajaran Adaptasi Perubahan Iklim dan Perencanaan Aksi Berkelanjutan di Jakarta, kemarin. Lokakarya ini merupakan kerja sama USAID IFACS, Yayasan FIELD, dan Direktorat Bina Perhutanan Sosial Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Perhutanan Sosial Kementerian Lingkungan HIdup dan Kehutanan Republik Indonesia.

John Pontius yang menjadi salah satu pemimpin program RAPI memaparkan tentang sekolah lapangan yang melibatkan petani berikut aparat desa, kecamatan, dan kabupaten secara terbuka. Fokus pada sekolah lapangan adalah pembelajaran dan pemahaman tentang kerentanan perubahan iklim yang berkelanjutan serta penyusunan perubahan iklim oleh masyarakat yang tinggal di atau dekat hutan dengan nilai konservasi tinggi dan atau lahan gambut.

“Dari sekolah lapangan diperoleh pembelajaran mengenai dampak perubahan iklim seperti naiknya temperatur, pola hujan yang berubah–ubah yang menyebabkan pertumbuhan hama, penyakit, dan jamur semakin meluas, yang mengakibatkan tanaman rusak dan gagal panen. Sekolah lapangan ini telah menumbuhkan kesadaran bagaimana mereka menyikapi perubahan iklim dengan melakukan suatu rencana aksi. Rencana yang mereka rumuskan dengan memilih bibit unggul yang lebih tahan terhadap perubahan iklim antara lain bibit tanaman karet, kelapa dan rambutan.” papar John Pontius.

Ditambahkan John Pontius, masyarakat di Kabupaten Aceh Tenggara dan Gayo Lues mengembangkan padi melalui system rice intensifications (SRI) dan bertani sayuran maupun palawija dengan sistem organik.

Sedangkan, ia menambahkan, di Kabupaten Sarmi, Papua, perubahan iklim yang ditandai dengan peningkatan suhu, ombak, dan angin semakin besar menyulitkan masyarakat untuk melaut mencari ikan. Menghadapi kenyataan itu, masyarakat memilih mengembangkan mata pencaharian lain berbasis potensi lokal seperti kelapa dengan cara mengembangkan  pengolahan minyak kelapa dan VCO sebagai alternatif mata pencaharian.

Proses sekolah lapangan dilakukan sebanyak sepuluh tahapan yang rinciannya terdiri dari 2 tahap pertemuan persiapan dan 8 tahapan untuk Sekolah Lapangan. Sebagai tindak lanjut dari Sekolah Lapangan, pihak USAID IFACS dan Yayasan FIELD telah menyelenggarakan lokakarya Kabupaten untuk membangun kemitraan antara kelompok sekolah Lapangan dengan forum multipemangku kepentingan yang beranggotakan pemerintah daerah, lembaga swadaya masyarakat, dan sektor swasta dalam upaya menggalang dukungan di tingkat lokal. “Hasil dari lokakarya, masyarakat  mendapatkan dukungan dari pemerintah daerah seperti peralatan usaha, dukungan pelatihan bagi petani dan dukungan pendampingan penyelenggaraan kegiatan.”papar John Pontius.

Lokakarya Nasional Pembelajaran Adaptasi Perubahan Iklim dan Perencanaan Aksi Berkelanjutan yang dibuka oleh Sekretaris Jenderal Kementerian Kehutanan ini sendiri merupakan kelanjutan dari lokakarya daerah. Lokakarya Nasional ini bertujuan untuk berbagi pengalaman tentang RAPI oleh masyarakat melalui pendekatan sekolah lapangan, juga bertujuan untuk berbagi pengalaman tentang kearifan masyarakat dalam pelestarian hutan dan peningkatan kesejahteraan melalui progam hutan kemasyarakatan.

“Lewat lokakarya nasional ini juga kita harapkan dapat meningkakan jalinan masyarakat,pemerintah dan sektor swasta dalam upaya memperkuat masyarakat melakukan rencana adaptasi perubahan iklim yang dapat menjamin kehidupan dan lingkungan mereka yang lebih baik. Selain itu bertujuan untuk meningkatkan dukungan dalam menindaklanjuti program Rencana Aksi Perubahan Iklim yang berbasis masyarakat, baik dalam pendanaan maupun kebijakan,” demikian John Pontius.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com