Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

ABK Harus Mandiri Bukan Menjadi Beban

Kompas.com - 03/05/2015, 04:20 WIB


KOMPAS.com - Mosa (16) seperti tak kenal lelah. Meski keringat membasahi kemejanya, siswa sekolah anak berkebutuhan khusus (ABK) Kasih Bunda terus memijat bahu para tamu yang berkunjung ke sekolah tersebut pada Sabtu (2/5/2015) siang itu. "Mosa pernah hendak diajak donatur untuk mengembangkan kemampuannya di China," kata Ketua Yayasan Hati Kudus pengelola Sekolah Kasih Bunda (SKB), Vincent Eko Yunianto bercerita di hadapan para tamu, warga Katolik Wilayah Anastasia 4, Paroki Santo Yakobus, Kelapa Gading, Jakarta Timur.

Lain Mosa, lain pula Andra. Remaja berusia 16 tahun yang juga siswa SKB itu tekun menggambar. Kemampuannya di bidang menggambar dan melukis itu mengantarkan karya Andra ke Istana Negara pada Peringatan Hari Anak Nasional 2014 lalu. "Waktu itu, Ibu Ani Yudhoyono membeli lukisan Andra," terang Kepala SKB Imelda Noron pada kesempatan tersebut.

Primus Siswa Sekolah Anak Berkebutuhan Khusus Kasih Bunda Andra (16) sedang menggambar, Sabtu (2/5/2015). Bakat menggambar dan melukis Andra mengantarkan karyanya ke Istana Negara pada Peringatan Hari Anak Nasional 2014 lalu.

Sementara itu, Kiki (15), juga siswa SKB kelihatan tekun mengemas serbuk minuman sari jahe merah. Asal tahu saja, keterampilan membuat serbuk minuman itu menjadi salah satu pelatihan bagi ABK di SKB.

ABK seperti penyandang autisme atau yang memunyai angka kecerdasan di bawah rata-rata normal sejatinya memunyai kemampuan yang terbilang unik. Menurut pemaparan Imelda Noron, ABK bisa lebih fokus mengerjakan keterampilan tertentu.

Kendati demikian, imbuh Imelda, ABK harus memunyai kemampuan membaca, menulis, dan berhitung (calistung) sebagai salah satu fondasi penting untuk bisa mengembangkan talenta tersebut. "Makanya, Mosa tidak jadi berangkat ke China karena waktu itu, dia belum bisa calistung," kata Imelda.

Tiga

Primus Kiki (15), siswa Sekolah Kasih Bunda (SKB) sedang mengemas serbuk minuman sari jahe merah, Sabtu (2/5/2015). Keterampilan membuat serbuk minuman sari jahe merah menjadi salah satu pelatihan keterampilan siswa berkebutuhan khusus di SKB.

Setidaknya, ada tiga tahapan pendampingan dan pendidikan bagi ABK di SKB yang beralamat di Jalan Randu, Kranggan, Kota Bekasi tersebut yakni tahap mampu rawat, mampu didik, dan mampu latih. Secara bertingkat, pendampingan dan pendidikan tersebut diharapkan menjadi bekal bagi ABK untuk masa depan. "ABK harus mandiri," tutur Imelda Noron.

Terhadap segala pendampingan dan pendidikan di SKB, Ketua Wilayah Anastasia 4 Lilyana Widjaja berpendapat sama. "Saya setuju ABK harus mandiri. Mereka bukan menjadi beban bagi orang lain," ucap Lilyana.

Sementara itu, kunjungan warganya ke SKB, lanjut Lilyana merupakan salah satu wujud nyata kepedulian bagi sesama. "Kan tiada syukur tanpa peduli," katanya yang pada kesempatan tersebut mengajak 26 orang warga Wilayah.

Selain calistung, SKB mengajarkan berbagai keterampilan. Sebanyak 16 siswa SKB belajar memasak, berkebun, membuat rosario dan tasbih, serta tas. Sepanjang perjalanan pendampingan dan pendidikan, kata Vincent Eko Yunianto, SKB masih terus mengharapkan uluran tangan kepedulian berbagai pihak. Berbagai kegiatan SKB bisa disaksikan di media sosial Facebook dengan akun Sekolah Anak Berkebutuhan Khusus KASIH BUNDA.  Saat ini ada 16 siswa-siswi SKB. 
 

Josephus Primus Direktur Operasional Yayasan Hati Kudus pengelola Sekolah Kasih Bunda (SKB) Titus Sri Gunarto (kiri) bersama dengan Ketua Wilayah Anastasia 4 Paroki Santo Yakobus Kelapa Gading, Jakarta Timur, Lilyana Widjaja saat berkunjung ke SKB di Jalan Randu, Kranggan, Kota Bekasi, pada Sabtu (2/5/2015).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com